Sektor Ritel Paling Sering Alami Ancaman Cyber

Lavinda
Senin, 6 Februari 2017 | 02:00 WIB
Ilustrasi/youtube
Ilustrasi/youtube
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Industri ritel menempati urutan teratas sebagai sektor yang paling sering mengalami ancaman di dunia cyber dengan persentase 11% dari keseluruhan sektor industri.

Hal itu tercantum dalam Global Threat Intelligence Report 2016 yang dirilis Dimension Data, Minggu (5/2/2017). Berbeda dari tahun sebelumnya, ancaman terbesar dialami oleh sektor keuangan.

Dalam laporan tersebut disampaikan, selama delapan kuartal terakhir, sektor ritel tercatat berada di tiga besar industri yang paling banyak diserang.

“Key Logger dan Spyware menyumbang 68% dari seluruh malware pada kuartal IV/2016 melalui nasabah ritel,” demikian tertulis dalam laporan.

Berdasarkan pengawasan global NTT Security, volume serangan terhadap nasabah ritel naik 11% pada periode 2015-2016.

Per Desember 2016, rincian data dasar pada kartu dengan CVV2 saat ini telah terjual di pasar gelap dengan nilai masing-masing US$7 untuk nasabah AS. Sementara itu, data lengkap, termasuk nama lengkap, alamat, dan lainnya, disebarkan dengan transaksi sebesar US$30 untuk data AS dan US$40 untuk data non-AS.

Menanggapi hal itu, CEO Dimension Data Indonesia Hendra Lesmana menyampaikan, pengawasan dan kepemilikan data maupun metadata akan berpotensi menimbulkan konflik antarindustri karena keduanya adalah hal penting yang bisa dimanfaatkan untuk menganalisa perilaku pelanggan.

“Tak hanya itu, melalui identifikasi metadata, seseorang dapat membuat intelejen bisnis untuk membuat sebuah keputusan,” tuturnya.

Oleh karena itu, cyber security merupakan salah satu sorotan utama untuk mempercepat proses digitalisasi dalam organisasi-organisasi.

Berbagai sektor industri perlu memperkuat sistem keamanan cyber mereka guna memantapkan diri sebagai pelaku bisnis digital. Tren cyber security yang akan terjadi pada 2017 merupakan kelanjutan dari yang terjadi pada tahun lalu.

Dimension Data meyakini dengan meningkatnya cyber security, maka secara otomatis proses digitalisasi dan bisnis digital akan semakin cepat.

Jika pelaku industri menganggap data terlindungi dengan baik, maka mereka akan dengan mudah melakukan sharing data kepada pelaku industri lain sehingga dapat mewujudkan bisnis digital yang aman dan terintegrasi.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Lavinda
Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper