Bisnis.com, JAKARTA - Eksistensi buzzer sempat diragukan bakal bertahan, tetapi kini justru semakin banyak selebritas yang berperan sebagai buzzer. Buzzer yang sempat diramal bakal meredup begitu Twitter membuka kantor perwakilan di Jakarta, ternyata masih kinclong.
Justru, peran seorang buzzer di media sosial belakangan semakin penting. Bahkan, ada pula pihak-pihak yang secara sengaja membuat akun yang tujuannya khusus untuk menjadi buzzer.
Apakah sebenarnya peran buzzer?
Mereka punya peran dalam mempromosikan sebuah produk karena mempunyai banyak follower dalam media sosial. Paling tidak jutaan pengikut untuk didaulat menjadi seorang buzzer.
Dengan kata dengan, buzzer adalah pihak yang mempromosikan produk orang lain dengan memanfaatkan banyaknya follower di media sosial. Tidak hanya orang awam yang ngiler dengan fulus dari buzzer, sejumlah selebritas juga bersedia menjadi buzzer.
Menjadi selebritas memiliki banyak keuntungan. Mereka bisa memanfaatkan akun media sosial miliknya untuk mempromosikan produk orang lain. Dengan jumlah pengikut yang mencapai jutaan, profesi ‘sampingan’ini sangat menggiurkan.
Zaskya Mecca, salah satu selebritas yang menekuni bisnis ini. Saat ini istri sutradaraHanung Bramantyo tersebut telah memiliki 5,4 juta follower di akun Instagramnya.
Dia baru mulai menjadi buzzer sekitar 6 bulan ini. Pada awalnya, Zaskya sebenarnya tidak ada niat menjadi buzzer. Sebelumnya, dia menggunakanInstagram untuk mempromosikan produk hasil usaha sendiri. Ternyata responsnya bagus. Lama-lama banyak juga teman yang meminta tolong sekalian untuk dipromosikan
“Aku pikir tidak ada salahnya juga. Sejak itu mulai rutin kalau ada yang minta di-endorse produknya ya aku terima. Lumayan lho penghasilannya,” ungkapnya.
Dia menjelaskan seringkali ada follower di Instagram yang suka bertanya barang-barang yang dipakai. Artinya, mereka juga ingin tahu tas ini atau sepatu itu dapat dari mana. Jadi sekalian saja. Selain itu hasilnya juga lumayan untuk menambah penghasilan.
“Dari dulu aku memang ingin jadi blogger yang bisa kerja dari rumah. Jadi selain bisa lebih dekat dengan anak-anak bisa sembari menghasilkan uang.”
Ressa Rere, pemeran film Tausiyah Cinta, menjelaskan akun media sosial tidak hanya menjadi wadah bagi penggemarnya. Lebih dari itu, akun media sosial dengan jumlah follower yang besar juga dapat mendatangkan pundi-pundi pendapatan yang tidak sedikit.
“Kurang lebih setengah tahun yang lalu.Berkat film Tausiyah Cinta (2015), nama saya mulai sedikit dikenal. Sejak itu pula, follower Instagram saya bertambah. Mulai saat itu, teman-teman online shop mulai menawarkan produknya untuk endorse,” ungkapnya.
Clara Jesslyn merupakan pengusaha yang memanfaatkan selebritas untuk menjadi buzzer mempromosikan produk dan jasanya.
Clara memiliki usaha katering dan membuat akun Instagram bernama @claragourmetcatering.
Untuk mendongkrak omzetnya, dia menggaet artis Glenn Alinskie sebagai buzzer. Glenn merupakan salah satu artis yang memiliki banyak follower di Instagram. Meskipun harus mengeluarkan biaya cukup besar, Clara merasakan cukup puas dengan hasil yang dia peroleh setelah memakai jasa buzzer.
Menurutnya, dengan memakai promosi lewat artis akan banyak orang-orang yang melihat ke akun Instagramnya. Saat ini kebanyakan orang menyenangi untuk update di media social. Mereka mengamati keseharian para artis terkenal, mulai dari apa yang mereka makan hingga apa yang mereka beli.
“Dengan bantuan para artis, bisnis yang saya jalani otomatis akan lebih cepat dikenal oleh masyarakat.Saya memakai Glenn Alinskie. Biaya yang harus saya keluarkan sekitar Rp7 juta.”
Dia menjelaskan, ada bagian manajemen yang khusus mengurusi soal promosi ini. Mereka khusus berurusan dengan para artis yang dapat digandeng untuk promosi. Dia tinggal mengikuti langkah-langkahnya dan hanya membayar.
“Buat saya harga yang dibayar buat buzzer artis sebanding. Dampaknya, cukup banyak juga pesanan setelah promosi lewat artis. Jadi semakin laris. Jumlah follower bertambah menjadi sekitar 500 orang,” ungkap Clara.
Tetap selektif
Menjadi buzzer bagi Zaskya Mecca tidak asal-asalan. Dia menerapkan standard yang lumayan ketat soal produk yang akan dipromosikan lewat akun Instagramnya.
Apa saja kriteria dari Zaskya?
Pertama, disesuaikan dengan follower. Hal itu karena pengikutnya kebanyakan adalah ibu-ibu muda usia 25 tahun-35 tahun. “Jadi, sebisa mungkin aku menyesuaikan produknya dengan kebutuhan mereka.”
Kedua, tidak mau mempromosikan produk yang head to head dengan produk sendiri. Jadi, produk berupa baju-baju muslimah tidak diambil.
Ketiga, cermat dalam memperhatikan online shop. “Pernah ada yang nawarin fee lumayan tetapi aku lihat online shop tersebut pernah ada kasus penipuan ke pelanggannya. Jadi aku tidak ambil,” tegas Zaskya.
Namun, dia enggan membeberkan nilai fee yang dipatok untuk meng-endorse produk. Yang jelas, sambungnya, follower akun Instagram sekitar 5,4 juta. “Jadi kalau ada penambahan follower aku selalu bilang ke klien akan naik harganya.”
Senada dengan Zaskya, Ressa Rere mengungkapkan tetap selektif dalam menerima tawaran dari online shop, karena masalah keterbatasan waktu.
Kriteria seleksi, misalnya pada pakaian, produk yang di-endorse adalah pakaian yang syar'i atau sesuai syariat Islam.
“Tentunya, karena saya seorang Muslim. Jika produk tersebut berupa makanan atau kosmetik, maka harus aman dan halal. Intinya adalah produk yang tidak menyebabkan kerugian bagi penggunanya.”
Dia menjelaskan permintaan lebih banyak pada jenis pakaian, baru kemudian kosmetik. Namun, Rere mengatakan, tidak ada waktu khusus. Dia memanfaatkan saat aktivitas atau kegiatan tertentu, khususnya kegiatan yang menarik.
“Saya kira cara ini ampuh untuk menarik perhatian. Terbukti beberapa teman follower juga tertarik.”
Guna menjaga follower, Rere menegaskan tidak ada kiat khusus, tetapi yang harus saya lakukan adalah menjadi diri sendiri. Selain endorse, dia juga men-share hal-hal yang bermanfaat untuk follower.
“Saya justru membatasi follower. Saya tidak menerima permintaan dari follower laki-laki yang tidak dikenal,” tegasnya.
Sebaliknya, Zaskya tidak pernah membatasi diri dalam hal mengunggah foto di Instagram. Biasanya dua kali sehari. Hanya saja, jaraknya biasanya tidak terlalu dekat. Misalnya, enam jam sekali. “Jadi,follower juga tidak terlalu banyak dapat iklan.”
Tidak Jaminan Sukses
Pengamat marketing Yuswohady menjelaskan, tren mengiklankan suatu produk melalui aktivitas buzzer sudah berlangsung lama, sejak maraknya media sosial. Namun, banyaknya follower yang dimiliki selebritis media sosial tidak serta merta menjamin kesuksesan promosi produk tersebut.
“Orisinalitas dan kreativitas penting untuk membangun kepercayaan follower, yang berimbas pada respons positif terhadap produk,” ungkapnya.
Dia menambahkan, dahulu buzzer dapat dikatakan sama dengan brand ambassador suatu produk. Yang berbeda saat ini mediannya melalui Twitter, Facebook, Instagram, dan media sosial lainnya.
Namun, dalam pemasaran keberadaan buzzer tidak otentik. Hanya memanfaatkan tokoh. “Misalnya, Dian Sastrowardoyo mengiklankan suatu produk, yang belum tentu produk tersebut real digunakan saat kehidupan sehari-harinya. Artinya hanya memanfaatkan ketenarannya.”
Yuswohady menegaskan buzzer dapat dikatakan orang pesanan yang dibayar untuk mengiklankan produk. Dalam media sosial, terbuka peluang interaksi dua arah. Artinya, follower dapat memberikan respons kepada buzzer, sesaat setelah buzzer menampakkan kratifitasnya dalam menjual.
Bagaimana agar buzzer bisa lebih efektif? “Tingkat ampuh suatu program promosi dapat ditentukan oleh otentik tidaknya caranya berpromosi dan kreativitas yang dibangun. Dua hal tersebut dinilai penting, selain jumlah follower yang besar.” (Bambang Supriyanto)