Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan multinasional yang bermarkas di Tokyo, Jepang, Sony, merupakan salah satu merek terkemuka di pasar elektronik saat ini.
Semua orang mengenal Sony, namun bagaimana perusahaan tersebut memulai bisnisnya, mungkin tidak diketahui secara luas.
Dalam artikelnya, GSM Arena menyebutkan bahwa Sony pada awalnya memproduksi penanak nasi listrik yang gagal di pasaran.
Sekitar 70 tahun yang lalu, pada 1945, kontraktor Masaru Ibuka mendirikan perusahaan bernama Tokyo Tsushin Kenkyujo (Totsuken), atau Tokyo Telecommunications Research Institute.
Saat itu Perang Dunia II baru saja berakhir. Perusahaan milik Ibuka tersebut beroperasi di lantai tiga Shirokiya Department Store yang rusak yang berlokasi di Tokyo.
Meskipun fokus utama Totsuken adalah memperbaiki radio, perusahaan tersebut juga memiliki produk sendiri yaitu sebuah penanak nasi listrik. Penanak nasi tersebut terbuat dari elektroda aluminium yang terhubung ke bagian bawah bak kayu.
Produk tersebut minim inovasi, dan sebagian besar nasi yang dihasilkan produk tersebut terlalu matang atau bahkan tidak matang, tergantung pada jenis beras dan kuantitas air yang digunakan. Hasilnya, produk penanak nasi tersebut tidak pernah menggebrak pasar.
Pada 1946 Ibuka bersama Akio Morita meluncurkan bisnis baru yang diberi nama Tokyo Tsushin Kogyo K.K. (Tokyo Telecommunications Engineering Corporation), yang lebih dikenal dengan Totsuko. Keduanya memproduksi Power Megaphone, tape recorder G-Type dan portable tape recorder P-Type.
Hingga pada 1952 mereka melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dan berniat untuk berkembang secara global dengan memutuskan mengganti nama menjadi SONY, kombinasi bahasa Latin "Sonus" yang berarti sound (bunyi) dan "Sonny", panggilan untuk laki-laki yang sering digunakan pada 1950-an.
Sony kemudian menciptakan radio transistor yang dikembangkan menjadi televisi. Kemudian Sony juga meluncurkan VCR, Betamax, Walkman, PlayStation, Cybershot dan VAIO. Sony memasuki pasar mobile phone pada 2001 di bawah Sony Ericsson Mobile Communications.Para peneliti telah melaporkan metode untuk mengurangi frekuensi waktu malam mengompol dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderita.