Tren Software Audit di Asia Pasifik

Agnes Savithri
Sabtu, 16 Mei 2015 | 02:32 WIB
 Ilustrasi./
Ilustrasi./
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Sebagai negara perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor industri. Perusahaan penyedia perangkat lunak ACL melihat potensi tersebut sebagai peluang emas. Mereka mengeluarkan software yang mampu mentransformasi manajemen dan pengendalian audit. Software ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses audit dan manajemen proyek perusahaan. Lalu seperti apa target pasar ACL di Indonesia? Berkaitan dengan itu, Bisnis mewawancarai Managing Director Asia Pasific ACL Eric Lim. Berikut petikannya.

Bisakah Anda menjelaskan mengenai ACL dan perangkat lunak yang berkaitan dengan audit dan manajemen?

ACL memberikan solusi teknologi yang mengubah audit dan manajemen risiko untuk memberikan kontrol penuh terhadap bisnisnya. ACL menawarkan manajemen risiko dan kepatuhan (GRC), solusi dan data analisis. Semuanya menggabungkan komponen penting dari audit dan risiko. Bisa digunakan semua organisasi terutama untuk meningkatkan transparansi audit dan fokus terhadap ada yang menjadi kepentingan perusahaan. Tiga produk inti tersebut adalah ACL Analytics, ACL Analytics Exchange dan ACL GRC.

 

Belum lama ini Anda mengenalkan ACL GRC, seberapa efisien penggunaan software audit ini untuk perusahaan?

Software ini dapat meningkatkan produktivitas dengan mencapai peningkatan rata-rata 25% dalam efisiensi pemeriksaan dengan alur kerja otomatis. Selain itu, dapat memberikan Return on Investment (ROI) lebih tinggi karena menyediakan layanan tambahan dengan waktu yang lebih singkat. Dari segi waktu pun lebih efisien karena pengguna bisa bekerja dimana saja. Data audit klien dapat diakses melalui cloud dan mobile jika sudah diaktifkan.

Di Indonesia sendiri, berapa banyak perusahaan yang menggunakan GRC? Apa pendapat mereka tentang hal itu?

ACL GRC menjadi produk baru di pasar Asia. Sebelumnya software ini fokus di pasar Amerika Utara. Namun, dengan banyaknya perusahaan di Indonesia yang mengadopsi cloud, kami melihat potensi besar yang memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan proses audit dan pengambilan keputusan bisnis.

Kami memiliki sejumlah klien mulai dari sektor publik dan swasta di Indonesia. Klien sebagian besar senang dengan fungsi mobilitas yang disediakan. Klien dapat mengakes dokumen melalui ponsel atau tablet dan bisa langsung mendokumentasikan pekerjaan lapangan secara real-time.

Bagaimana Anda melihat potensi ACL di Indonesia?

Sebagai ekonomi terbesar di ASEAN dan negara terbesar keempat di dunia dari segi jumlah penduduk, kami melihat peluang pertumbuhan yang luar biasa di Indonesia. Dengan meningkatnya persyaratan peraturan dan kepatuhan untuk melakukan bisnis secara global, kami melihat perusahaan-perusahaan besar di seluruh lapisan dari mulai pemerintah, jasa keuangan, telekomunikasi, manufaktur, dan seluruh industri besar yang ingin menggunakan solusi audit. Kami bisa membantu perusahaan mereka mengidentifikasi dan mengurangi risiko, melindungi keuntungan dan mempercepat kinerja.

Apa tantangan perusahaan Indonesia menghadapi penerapan teknologi audit? 

Ada tiga hal yang sering kami dengar dari pelanggan kami, yakni 65% dari mereka membutuhkan tenaga ahli dalam bidang teknologi lebih banyak. 34% dari mereka membutuhkan lebih banyak biaya, dan terakhir mereka harus memikirkan.

Terakhir, para perusahaan harus lebih mengeksplorasi peran auditor. Peran ini bisa menjadi instrument penting dalam menjaga sistem finansial. Jika hal tersebut terwujud, bisa memberikan nilai tambahan signifikan pada operasional bisnis. Sehingga mereka dapat mendeteksi potensi pengurangan pendapatan dan mengekang pengeluaran yang tidak dibutuhkan.

Menurut Anda bagaimana trend audit di Asia?

Kami melihat meningkatnya ketergantungan pada teknologi perangkat lunak yang mendorong efisiensi dan produktivitas. Di 2020, 25% dari kepala audit akan menggunakan software manajemen audit untuk melihat track pekerjaan para auditor dan kinerja tim auditor. Permintaan untuk melakukan audit pada perangkat mobile akan meningkat. Di 2017, 40% tim internal audit akan menggunakan perangkat mobile untuk melakukan audit. Kecenderungan tersebut dapat meningkatkan risiko mengekspos informasi rahasia dalam proses pengumpulan data. Terakhir, pada 2020 setidaknya 60% manajemen vendor auditor akan menanamkan Direct Access Archive (DAA) dalam produk mereka atau menyediakan intergrasi dengan perangkat lunak analisis. Angka tersebut meningkat dari 25% angka saat ini.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper