Kabar24.com, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo melepas ekspedisi Widya Nusantara dan Ekspedisi Sabang di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara. Kedua ekspedisi kapal itu bertujuan untuk melakukan riset potensi laut Indonesia, termasuk mengungkap profil oseanografi.
Pelepasan itu ditandai dengan berlayarnya Kalal Riset Baruna Jaya VIII milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dia mengatakan Indonesia memiliki kapal riset yang cukup yakni sebanyak 16 unit. Namun, keseluruhannya masih membutuhkan instrumen teknologi terbaru.
"Kapal kita punya, instrumen yang harus diupgrade. Tahun awal ini, kita mengimplementasikan poros maritim, kekuatan sunber daya manusia dan potensi alam," katanya di Muara Baru, Jakarta Utara, Kamis (7/5/2015).
Selanjutnya, pemerintah akan membuat program nasional dengan mempersiapkan hari layar bagi kapal riset. Untuk mengoperasikan satu hari layar kapal riset, pemerintah mengeluarkan Rp107 juta perhari. Dia meyakini biaya yang dikeluarkan sesuai dengan hasil yang didapat oleh ilmuwan selama ekspedisi.
Untuk itu dia berharap agar selalu ditampilkan ke publik hasil penelitian yang telah dilakukan. Data-data terbatu tersebut bermanfaat untuk memperbaiki keadaan alam, sekaligus mencari potensi alam, termasuk hewan, tanaman, struktur tanah, kedalaman laut, maupun minyak bumi.
"Survei lokal minyak dalam negeri baru ada 15%. Tugas kita menunjukkan apa yang kita punya. Menghimpun data geologi dan seismic. Di Indonesia ada 140 kontraktor migas. Kita tunjukkan apa yang kita punya," ucapnya.
Dari Muara Baru, Jakarta, kedua ekspedisi tersebut akan berlayat menuju perairan Samuder Hindia. Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain menuturkan selain mengungkap profil oseanografi dan potensi Samudera Hindia Timur, ekspedisi ini juga bertujuan untuk menentukan proses biogeokimia sebagai proses yang diatur oleh arus equatorial jet dan arus Sumatera.
"Tujuan ekspedisi Sabang untuk mengungkap kondisi geologi dan kondiso oseanografi akibat pengaruh Samudera Hindia dan Selat Malaka serta aktivitas hidrotermal terhadap kondisi biodiversitas daerah penelitian," terangnya.