Bisnis.com, JAKARTA--Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan terapan belakangan, acapkali dikaitkan dengan teori evolusi cetusan Charles Darwin.
Meski kini, gagasan revolusioner naturalis asal Britania tersebut hanya dianggap selayak komponen integral salah satu cabang ilmu, biologi.
Melihat digitalisasi terkini kian marak, sedemikian integrasi antar penerapan teknologi yang kian berfusi, arah evolusi peradaban tak lagi diprediksi melalui unsur biologis.
Padahal, tak sedikit ilmuan menarik hipotesis bahwa evolusi peradaban manusia masa depan berkemungkinan menuju pada evolusi biologis dipacu perubahan struktural alam dan atmosfer.
Efeknya, bukan tak mungkin manusia masa depan akan memiliki sayap apabila daratan yang tertinggal di bumi mulai terendam samudera dan hanya menyisakan kurang dari persepuluhannya.
Evolusi biologis juga mungkin terjadi pada perubahan partikel kulit yang semakin tebal dan berisisik, akibat dari penipisan ozon serta lapisan atmosfer penyaring cahaya matahari.
Di sisi lain, mereka yang tak sepaham dengan Darwin atau lebih ekstrim, tidak percaya, justru berhipotesis argumentatif secara eksak bahwa dengan pesatnya perkembangan teknologi pada masa ini, bahwa pekerjaan yang seharusnya dilakukan manusia telah bisa digantikan oleh robot ciptaannya.
Bahkan peralihan sumber daya manusia menjadi tenaga-tenaga mekanis kini marak terjadi. Artinya, bukan tidak mungkin jumlah populasi robot dan auto-robot bakal lebih banyak dari para manusia.
Ketika mereka mulai menemukan celah tertentu, spesies non-biologis ini mungkin saja balik menginvasi para penciptanya dan mengganti peradaban manusia menjadi, peradaban auto-robot.
Chief Security Expert Kaspersky Lab Alexander Gostev menjelaskan sembari memperingati 30 tahun hadirnya personal computer (PC) yang telah mengotomatiskan beberapa aspek kehidupan, bahwa tingkat perkembangan TIK (teknologi informasi-komunikasi) terkini sulit mengerucutkan prediksi tepat tentang situasi dalam beberapa dekade mendatang.
"Namun jelas terbukti, bahwa setiap tahun teknologi kita menjadi lebih pintar dan mereka yang berkutat dengannya perlu terus mengimbangi hal tersebut. Di sisi lain, kita juga dapat memastikan bahwa penjahat cyber akan melakukan segala upaya eksploitasi kemajuan TIK, khusus untuk tujuan jahat mereka sendiri," ujarnya melalui surat elektronik, Kamis (29/1).
Dia memprediksi, tak lama lagi kemungkinan besar populasi dunia akan menyentuh angka miliaran orang sekaligus miliaran robot. "Para robot akan melakukan hampir semua pekerjaan berat keseharian, sementara manusia akan bekerja meningkatkan sekaligus mengembangkan peranti lunak robot."
Industri TIK, lanjutnya, akan menjadi rumah bagi perusahaan pengembang program kinerja robot. "Seperti yang kini mereka lakukan yakni dengan mencetuskan aplikasi khusus pengguna yang dapat diunduh-install."
Pada belahan yang spesifik, kemungkinan akan tergesernya manusia oleh robot, berpeluang sangat kecil. Namun perlu diingat, manusia tentu tidak ingin kehilangan pelbagai kemudahan hidup yang diperoleh dari simpul tenaga mekanis yang telah mereka ciptakan.
Akhirnya, solusi yang dianut adalah memfusi sifat biologis dengan unsur mekanika melahirkan spesies baru bertitel bionic atau bionic-man. Gagasan yang mengukuh menjadi teori berjuluk transhumanisme ini juga berkembang sedemikian pesat, meski fungsi otak tetap tak tergantikan oleh sistem teknologi mekanika tercanggih sekalipun. Maka otak, adalah satu-satunya unsur biologis yang akan terus dipertahankan.
Gostev menjelaskan, sampai pada tahap tertentu, batas-batas antara robot dan manusia akan menjadi kabur. "Transplantasi akan mulai menggunakan organ buatan yang dikontrol secara elektronik dan prostetis akan menjadi sebuah prosedur bedah rutin."
Menurutnya, nano-robots akan melakukan perjalanan yang jauh ke dalam tubuh untuk memberikan obat ke sel-sel yang sakit atau melakukan micro-surgery.
"Sensor yang dipasang khusus mampu memantau kesehatan masyarakat dan mengirimkan temuan mereka ke dalam penyimpanan berbasis komputasi awan, yang dapat diakses dokter setempat. Memang semua ini seharusnya mengarah pada peningkatan harapan hidup yang cukup tinggi."
Di luar ramalan dua ramalan fanatik itu, Gostev juga memprediksi beberapa kemungkinan besar lain, selayak tercetusnya rumah pintar yang sepenuhnya terotomatisasi, printer tiga dimensi yang cepat dan murah, atau manusia berintelijensi tingkat tinggi yang mengarahkan digital alter ego dalam infrastruktur global sehingga mampu memahami dunia lebih pesat.
"Selain itu pada 2045 mendatang, kemungkinan akan hilangnya komputer semakin jelas, terganti pelbagai perangkat pintar yang mengambil alih fungsi PC. Semisal analisis keuangan akan dilakukan server terkendali organisasi yang menggunakan dokumen elektronik, bukan akuntan di depan PC."
Meski demikian, lanjutnya, tak seluruh manusia merasa senang akan dunia robot yang baru dan berani. Mereka yang menentang perubahan teknologi ini kemungkinan bermunculan untuk menentang pembangunan rumah pintar, otomatisasi, dan robot.
"Oposisi terhadap perkembangan TIK akan menghindari sistem cerdas bahkan robot, dan tak mengusung identitas digital. Golongan ini lazim disebut technophobia."
Gostev mengakui, seperti apapun dunia tersaksi 30 tahun mendatang, kita harus mulai mengeskalasi kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan mulai dari sekarang. "Teknologi hanyalah alat, dan daya guna akan ilmu pengetahuan terapan sepenuhnya terserah kita bilamana menggunakannya untuk kebaikan atau untuk kejahatan."