BIG DATA Analytics Rambah Pemilu 2014

Rezza Aji Pratama
Sabtu, 26 Juli 2014 | 19:19 WIB
Melalui analisa data, mereka berhasil mengumpulkan dana, memperbaiki dan memaksimalkan strategi iklan, dan menciptakan model penjangkauan calon pemilih yang lebih akurat dan terarah, termasuk yang menyasar ke kelompok minoritas dan berdasarkan jenis kelamin. /bISNIS.COM
Melalui analisa data, mereka berhasil mengumpulkan dana, memperbaiki dan memaksimalkan strategi iklan, dan menciptakan model penjangkauan calon pemilih yang lebih akurat dan terarah, termasuk yang menyasar ke kelompok minoritas dan berdasarkan jenis kelamin. /bISNIS.COM
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Era big data analytics dinilai sudah merambah berbagai aspek kehidupan sehari-hari termasuk politik dan Pemilu 2014.

Steven Law, Country Manager of NetApp Indonesia, mengatakan di ajang pemilu tahun ini, banyak lembaga dan institusi memanfaatkan data-data dari berbagai sumber, termasuk dari media sosial untuk perhitungan dan perkiraan tingkat elektabilitas dari tiap-tiap calon.

Big data analytics juga dimanfaatkan untuk perhitungan proses quick count. Di hari pemilihan presiden pada 9 Juli 2014, terdapat lebih dari 10 lembaga atau institusi yang melakukan proses quick count, dan menghadirkan hasil yang bervariasi dan kontroversial.

Teknologi Big Data Analytics dapat dimanfaatkan untuk mengelola data-data jumlah suara yang diterima untuk memberikan hasil perhitungan dan analisa yang lebih akurat, efisien, dan cepat.

“Bisnis dan organisasi di Indonesia sudah waktunya untuk mulai menyiapkan strategi pemanfaatan analisis big data untuk mendukung strategi dan pengambilan keputusan yang tepat,” ujarnya.

Pada masa pemilihan presiden di Amerika Serikat 2012, big data analytics mulai dimanfaatkan tidak hanya untuk sekedar survey dan polling. Tim kampanye presiden Barrack Obama membentuk tim analis data yang terdiri dari 100 staf analis.

Dengan memanfaatkan berbagai aplikasi dan teknologi untuk big data analytics, tim kampanye Obama ini memanfaatkan big data untuk mendefinisikan target pemilih untuk Obama, hobi, ketertarikan, dan kebiasaan mereka, tanggapan mereka terhadap isu-isu kampanye, dan demografi iklan yang akurat dan sesuai target.

Era big data di ranah politik India juga telah terlihat di pemilu India tahun ini. Partai Hindu nasionalis BPJ membentuk tim analis data yang terdiri dari 100 orang ahli teknis dan konsultan yang memanfaatkan analisa data untuk memenangkan Narendra Modi.

Melalui analisa data, mereka berhasil mengumpulkan dana, memperbaiki dan memaksimalkan strategi iklan, dan menciptakan model penjangkauan calon pemilih yang lebih akurat dan terarah, termasuk yang menyasar ke kelompok minoritas dan berdasarkan jenis kelamin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper