Bisnis.com, JAKARTA-- Profesi akuntan pubik dinilai kurang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia. Untuk memperkenalkan lebih dalam tentang akuntan publik dan permasalahan Indonesia yang bersangkutan dengan profesinya, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) meluncurkan majalah CPA Indonesia.
Hal inilah yang disampaikan Bidang Media dan Public Campaign, Yanuar Mulyana dalam sambutannya di launching majalah CPA Indonesia, Selasa (6/5/2014).
Menurutnya, dengan adanya majalah tersebut, sesama akuntan publik diharapkan bisa berkomunikasi lewat tulisan. Selain itu, CPA Indonesia juga bisa menjadi referensi akademis.
“Kita akan menyebar majalah ini di beberapa kantor akuntan publik, instansi pemerintahan, maupun kampus-kampus khususnya yang memiliki jurusan ekonomi akuntansi,” ujar pemimpin redaksi majalah CPA Indonesia.
Menurut Direktur Eksekutif IAPI, Ahmadi Hadibroto, walau sudah banyak informasi yang disampaikan lewat media online, majalah dinilai masih akan bisa bertahan. Hal ini dikarenakan masyarakat masih menyukai penyajian informasi yang unik.
“Memang sudah banyak informasi yang disampaikan antar akuntan publik dengan ada milis. Namun, masih beda lah kalau kita dapat informasi yang eye cacthing. Seperti koran saja, walau ada versi onlinenya, masyarakat tetap ingin membaca versi cetaknya,” ujarnya.
Ditambahkannya, konsistensi majalah yang ditargetkan tiga bulanan ini juga harus dijaga ke depannya.
“Saya cuma bisa mengatakan ini enggak ringan. Harus all out. IAI [Ikatan Akuntan Indonesia] aja bisa IAPI pasti juga bisa. Biasanya kesulitan bagian topik dan konten,” tuturnya.
Terkait konten, Ahmadi berharap redaksi bisa mengeksplorasi topik. Jika memang dilepas ke masyarakat, perlu ada hal-hal lain di luar teknis-teknis akuntan publik.
“Kita bukannya komunikasi antar akuntan publik saja, tapi juga menginformasikan mengenai akuntan publik kepada masyarakat. Jangan sampai tertalulu teknis semuanya tentang akuntan publik. Enggak dibaca orang bisa-bisa nanti Harus ada isu-isu ringan,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP), Langgeng Subur. Menurutnya, butuh variasi dalam konten.
“Ini saya lihat isinya semua pengurus akuntan publik. Kalau kebanyakan tentang akuntan publik ya kita sudah tahu informasinya. Bisa-bisa bosen juga. Seharusnya ada dari berbagai macam profesi. Bervariasi lah,” tuturnya.