Perkuat Sistem Pangan, Pakar Iptek Nasional Perlu Tampil di Kancah Dunia

Rahmayulis Saleh
Senin, 23 Desember 2013 | 19:47 WIB
Indroyono Soesilo/repro
Indroyono Soesilo/repro
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia memiliki banyak pakar dan ahli di bidang pertanian, perikanan, dan kelautan, tetapi belum dioptimalkan untuk memperkuat sistem pangan nasional.

Menurut Prof. Indroyono Soesilo, Direktur Sumberdaya Perikanan & Aquakultur FAO (Food and Agriculture Organization), potensi itu harus dioptimalkan dengan bermain di tingkat dunia sehingga sistem pangan negeri ini dapat diperkuat.

"Pakar Indonesia harus tampil di forum internasional, kalau ingin dikenal oleh dunia," kata Indroyono yang juga mantan Sesmenko Kesra, di Jakarta, Senin (23/12/2013).

Dia menuturkan kemampuan Iptek Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan sebenarnya tidak kalah dengan negara lain. Dunia juga menganggap Indonesia hebat.

"Kita memiliki Balitbang Pertanian. Di dalamnya ada 1.500 orang pakar, 300 doktor, dan 135 profesor riset. Belum lagi pakar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta penyuluh. Nah, potensi ini harus dioptimalkan dengan bermain di tingkat dunia sehingga sistem pangan kita dapat diperkuat," ungkapnya.

Indroyono datang ke Jakarta dalam rangkaian sosialisasi program FAO--yang berkedudukan di Roma, Italia--untuk 2014. Selama berada di Indonesia di pengujung tahun ini, dia mengagendakan bertemu dengan para pakar dan ahli pertanian, perikanan, dan kelautan.  

Untuk mendukung ketahanan pangan, FAO juga menjalin kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Kerja sama tersebut dalam rangka pemanfaatan iptek nuklir di bidang pangan dan pertanian.

"Kerja sama ini menjadi penting, karena melalui teknologi nuklir, bisa membuat daya tahan pangan cukup lama tanpa hama. Teknologi ini dapat memperkuat ketahanan pangan," ungkapnya.

Lingkup kerja sama itu, katanya, antara lain mutasi pemuliaan tanaman dan genetika, produksi dan kesehatan hewan, iradiasi makanan dan perlindungan lingkungan, pengelolaan tanah dan air, serta pengendalian hama serangga, dengan penerapan teknik serangga mandul.

Dia menyebutkan salah satu target FAO pada 2030 nanti, adalah tidak ada lagi orang yang kelaparan di dunia. "Di sinilah pentingnya Indonesia berperan, dengan iptek dan teknologi nuklir dari Batan, bisa dipakai untuk mengatur tanaman padi, gandum, dan lainnya. Itu bisa membantu masyarakat dunia," ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmayulis Saleh
Editor :
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper