Gapkindo Tekan Produksi Karet 10% Mulai 2014

Ana Noviani
Kamis, 14 November 2013 | 17:41 WIB
Pengolahan Karet/Bisnis
Pengolahan Karet/Bisnis
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) akan menekan produksi karet sebesar 10% guna menghindari kelebihan pasokan yang memicu stok karet alam sebesar lebih dari 259.000 ton di pasar dunia. Langkah tersebut diharapkan dapat mengikis stok dan mengerek harga komoditas ini.

Ketua Umum Gapkindo Daud Husni Bastari menuturkan industri karet tengah mengalami tekanan dari sisi permintaan dan harga. Konsumsi karet alam di Amerika Serikat, India, dan Jepang tercatat turun masing-masing 3,1%, -0,1%, dan 5,1%. Lesunya daya serap karet alam tersebut a.l. disebabkan oleh kondisi perekonomian dunia yang tengah tertekan.
 
Sementara itu, harga karet perlahan-lahan merosot dari posisi akhir 2012 sebesar US$2,88/Kg menjadi US$2,51/Kg pada Juni, US$2,39/Kg pada Juli, dan US$2,29/Kg pada Agustus 2013. Harga tersebut mendekati level terendah dan berpotensi menyentuh harga pokok produksi.

"Kalau kita terus genjot produksi, stok di pasar melimpah, daya serap lemah, harga tidak akan membaik,"  ujarnya, Kamis (14/11/2013).

Menghadapi kondisi tersebut, imbuhnya, Gapkindo mengimbau 131 anggotanya untuk menurunkan produksi sebesar 10%.

"Kita mau membuat supplay-demand karet ini jadi seimbang lagi. Stok karet di pasar komoditas Qingdao sebesar 259.600 ton pada 17 September 2013 harus diturunkan, caranya dengan mengerem suplai dan menurunkan produksi 10%," tutur Daud.
 
Berdasarkan data Gapkindo, produksi karet alam Indonesia pada 2011 mencapai 2,99 juta ton, naik menjadi 3,04 juta ton pada 2012, dan diproyeksi mencapai 3,18 juta ton pada 2013.

Penurunan produksi sebesar 10% akan mulai dilakukan Gapkindo pada Januari 2014 sampai batas waktu yang belum ditentukan.

"Berapa lamanya tergantung pasar merespon. Kita tidak minta harga kembali ke US$5/Kg, yang penting ada perbaikan harga dari posisi saat ini," ujarnya.

Gapkindo berharap langkah ini diikuti oleh produsen karet Asean lainnya yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Thailand dan Malaysia. ITRC pernah mengambil langkah serupa pada Januari-Juni 2009 dan Oktober 2011-Maret 2012.

Pengereman ekspor dari negara-negara produsen karet di Asean diharapkan menurunkan stok karet yang mengambang dan mengerek harga komoditas ini. Pasalnya, anggota ITRC menyuplai 630.000 ton karet alam per bulan ke pasar dunia.

Moenargji Soedargo, Wakil Ketua Umum Gapkindo bidang Pemasaran, menuturkan penurunan stok karet di pasar dunia menunjukkan tren positif.

"Sekarang ini stok sudah mulai turun 20% dibandingkan posisi akhir 2012. Tapi kalau lebih turun lagi, kita harap 2014 harga menuju keseimbangan baru," katanya.

Daud menambahkan Gapkindo akan menggandeng Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) untuk mengurangi frekuensi penyadapan dan meningkatkan produktivitas karet.

Pada kesempatan terpisah Ketua Umum Apkarindo Lukman Zakaria menilai langkah tersebut kurang efektif untuk mendongkrak harga karet.

"Tahun lalu sudah dilakukan, tetapi tidak ada hasilnya. Yang penting peran pemerintah dalam mengambil kebijakan bidang perdagangan dan perindustrian. Jangan sampai kita tertinggal dari negara tetangga," tuturnya.


Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ismail Fahmi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper