Bisnis.com, JAKARTA - Seiring perkembangan teknologi sarana pembelajaran pun semakin canggih pula.
Jika sebelumnya sekolah banyak menggunakan papan tulis, berkembang menjadi whiteboard dan proyektor. Sekarang muncul perangkat baru, whiteboard interaktif. Salah satunya adalah produk lansiran Promethean yang di Indonesia didistribusikan oleh PT Offstarindo Adhiprima.
Produk Interactive Whiteboard buatan perusahaan Inggris itu dapat berfungsi sebagai media pembelajaran interaktif karena dilengkapi dengan berbagai software pendukung. Mereka juga menyediakan bahan ajar untuk berbagai kategori usia dan mata pelajaran.
Saat ini terdapat 92.000 macam bahan ajar yang dapat diunduh oleh anggota komunitas pengguna produk Promethean. “Produk ini sudah banyak digunakan di negara-negara lain. Di Indonesia masih baru, jumlahnya sekitar 1.700-an,” ujar Direktur Utama PT Offistarindo Adhiprima Harry Lo di sela-sela pameran Indocomtech 2013 di Jakarta, Sabtu (2/11/2013).
Dia menyebutkan produk tersebut dikembangkan oleh perusahaan yang sebagian besar karyawannya adalah mantan pengajar. Tak heran komunitas pengguna yang mereka bangun telah berhasil menyatukan 1,7 juta guru dan instruktur dari seluruh dunia.
“Guru juga bisa membuat bahan ajar sendiri dan diunggah ke komunitas sehingga mereka dapat berbagi,” katanya.
Harry mengatakan paket penjualan produk ini berbeda-beda tergantung kebutuhan sekolah atau lembaga pendidikan. Produk Interactive Whiteboard misalnya terdiri dari Promethean ActivBoard 595 Pro Mobile System dengan proyektor EST. Ukuran layar yang tersedia juga berbeda-beda, mulai dari 78 inci hingga 95 inci.
Tersedia pula berbagai aksesoris tambahan seperti perangkat mobile untuk tes pemahaman siswa maupun software tambahan lainnya untuk keperluan mengajar. Harga jual produk ini mulai dari Rp60 juta hingga Rp200 juta.
Harry menyebutkan pihaknya tengah mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan lembaga leasing sehingga biaya pembelian alat oleh sekolah akan semakin ringan.
Saat ini perusahaannya telah memiliki 20 lebih diler untuk memasarkan produk tersebut. “Tapi 50% penjualan masih di Jawa,” ujarnya.