Selamat Datang BlackBerry Rasa Fairfax!

Sutarno
Selasa, 24 September 2013 | 17:22 WIB
Bagikan

Prem Watsa teruskan tradisi BlackBerry (Reuters)

Bisnis.com, JAKARTA - Perasaan Mike Lazaridis mungkin campur aduk antara senang dan sedih, setelah pendiri Research In Motion (RIM)—produsen ponsel BlackBerry— itu mendapat kepastian pembeli saham perusahaan Kanada, yang tengah dibelit kesulitan finansial tersebut.

Adalah Fairfax Financial Holding Ltd (Fairfax) yang  menjadi penyelamat RIM. Fairfax saat ini merupakan pemegang mayoritas saham RIM dengan porsi sekitar 10%

Untuk mengambil alih RIM, Farifax  membetuk konsorsium dengan menawarkan hargaUS$4,7 miliar atau  sekitar   Rp51,7 triliun dengan asumsi kurs Rp11.000/US$. Fairfax menyodorkan proposal pembelian itu dengan mematok harga saham US$9 per lembar.

Senin (23/9/2013) waktu Kanada atau Selasa dini hari 924/9/2013), RIM mengumumkan terlah tercapai kesekapatan berupa penandantangan letter of intent (LoI) dengan konsorsium yang dipimpin Fairfax.

"LoI itu menyebutkan bahwa pemegang saham BlackBerry akan menerima US$9 per lembar saham dengan nilai tansaksi sekitar US$4,7 miliar," bunyi siaran pers RIM di laman ca.blackberry.com.

Proses pengambilalihan  RIM itu akan ditindaklanjuti dengan due dilligence (uji tuntas) untuk mengkalkulasi aset RIM dan dijadwalkan tuntas 4 November 2013.

Dari sisi finansial, Lazaridis pantas merasa  lega  karena kesulitan keuangan yang melanda pabrikan BlackBerry tersebut sejak Juni 2012 tersebut sudah terpecahkan.

Sekadar kilas balik, puncak kehancuran RIM terjadi pada kuartal II tahun fiskal 2013 atau Juli-September 2012 ketika BlackBerry menderita kerugian US$518 juta  (sekitar US$5,7  triliun).

Sementara itu pangsa pasarnya di dunia terus merosot tinggal  2,7% dan tergerus oleh ponsel Android.

Nasib teknologi BlackBerry

Jauh-jauh hari sebelum berita mengejutkan ini muncul, RIM sudah membuat berita heboh dengan rencananya untuk memberikan layanan BBM (BlackBerry Messenger) di ponsel Android, yang menurut rencana diluncurkan secara komersil 21 September.

Namun, tiba-tiba RIM menunda rencana tersebut  tanpa memberikan kepastian jadwal peluncurannya. Orang pun bertanya-tanya kenapa TIM tiba-tiba membatalkan rencana itu.

Teka-teki itu akhirnya terjawab. Proses pengambilalihan RIM oleh Fairfax menjadi alasan utamanya. Menggelar layanan BBM ke ponsel Android  artinya sama saja dengan mengibarkan bendera putih dan ini akan menjadi beban bagi penerus BlackBerry di bawah kendali Fairfax.

Yang jelas, dengan uang Rp51,7 triliun di kantong, Lazaridis pun bisa tidur nyenyak sambil mengenang masa-masa indahnya sejak memperkenalkan BlackBerry untuk pertama kalinya pada 1999 dengan BlackBerry 850.

Namun, hati kecil pria kelahiran Turki 14 Maret 1961 mungkin menangis demi melihat BlackBerry jatuh ke tangan orang lain.

Lazaridis kini tidak lagi mempunyai kendali untuk meneruskan visi, misi, dan peta jalan perkembangan teknologi BlackBerry.

Lalu bagaimana dengan nasib perkembangan teknologi BlackBerry? Prem Watsa, Chairman and CEO Fairfax, berjanji akan meneruskan visi, misi, dan peta jalan teknologi BlackBerry yang sudah digariskan Lazaridis.

“Ini akan menjadi lembaran baru bagi BlakBerry, pengguna, operator seluler, dan para karyawan. Kami akan melanjutkan strategi jangka panjang BlackBerry untuk memberikan layanan superior bagi seluruh pelanggan BlackBerry di dunia,” ujarnya dalam pernyataan resmi Blackberry.com.

Pernyataan itu terkesan klise, karena dalam sebuah proses akuisisi selalu tercetus pernyataan untuk melanjutkan teknologi yang sudah dikembangkan.

Yang jelas, para pengguna BlackBerry di penjuru dunia bisa bernafas lega karena sejarah ponsel pintar itu tidak berhenti di tangan Lazaradis, karena akan hadir BlackBerry rasa Fairfax.

Maklum, ceruk pasar BlackBerry makin mengecil dan mengancam kelangsungan bisnis RIM. Fakta di pasar menunjukkan BlackBerry mulai ditinggalkan pengguna ponsel pintar, yang mulai berbondong-bondong menggunakan ponsel Android yang kini menguasai 79% pasar ponsel pintar dunia.

Yang masih ditunggu-tunggu adalah apakah Fairfax merelakan fitur BBM diadopsi oleh ponsel Android?

Rasanya sulit diterima nalar kalau Prem Watsa melakukan hal itu, karena fitur BBM merupakan teknologi inti atau esensi dari BlackBerry.

Kalau fitur BBM kemudian diadopsi Android, maka habislah riwayat BlackBerry. Ponsel pintar itu akan kehilangan keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan Android.

Itulah sebabnya, kehadiran Watsa merupakan angin segar bagi para penggembar fanatik BlackBerry walaupun mereka harus rela memiliki ponsel  BlackBerry rasa Fairfax.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Sutarno
Editor : Sutarno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper