Perusahaan Kurang Dukung Kebijakan Keamanan TI

Gloria Natalia Dolorosa
Kamis, 5 September 2013 | 21:59 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Sekitar 60% pengambil keputusan teknologi informasi perusahaan merasa kurang waktu dan biaya untuk mengembangkan kebijakan keamanan.

Akibatnya, lebih dari separuh perusahaan merasa tidak memiliki proses sistematis dan terorganisir secara baik untuk menghadapi ancaman TI.

Hal ini terungkap dari survei Global Corporate IT Security Risks 2013 yang dilakukan B2B International untuk Kaspersky Lab pada April 2013. Responden berasal dari perusahaan-perusahaan di dunia.

Kondisi yang paling meresahkan terlihat di sektor pendidikan. Hanya 28% institusi pendidikan yakin investasi mereka di bidang kebijakan keamanan information technology (IT) sudah cukup baik.

Yang lebih mengherankan, hanya 34% pemerintah dan badan pertahanan di dunia menyatakan memiliki waktu dan tenaga yang cukup baik untuk mengembangkan kebijakan keamanan IT. Sisa responden lain berada dalam keadaan bahaya karena bisa kehilangan informasi pemerintahan yang sangat rahasia.

Di sisi lain, bahkan dengan hanya satu kebijakan, misalnya dengan menerapkan kebijakan keamanan IT untuk perangkat mobile, bisa secara signifikan mengurangi risiko yang dibawa ponsel pintar dan tablet ke dalam lingkungan IT perusahaan. Survei menunjukkan hampir separuh perusahaan yang disurvei tidak memiliki kebijakan seperti di atas.

Bahkan, di perusahaan yang telah menerapkan kebijakan keamanan perangkat mobile, sumber daya yang dimilikinya masih kurang. Separuh perusahaan menyatakan kurangnya peningkatan anggaran keamanan IT. Sementara, 16% perusahaan mengeluhkan ketiadaan anggaran ekstra untuk keamanan IT.

Survei tersebut juga menunjukkan 91% perusahaan mengalami setidaknya satu kali insiden keamanan IT eksternal dan 85% responden melaporkan insiden internal dalam kurun 12 bulan terakhir. Insiden seperti ini bisa mengakibatkan kerugian finansial dan rusaknya reputasi perusahaan.

Kerugian yang ditimbulkan bisa melebihi biaya yang diperlukan untuk mengimplementasikan tools keamanan IT yang bisa membantu perusahaan menghindari bocornya data-data penting, downtime, dan biaya tak terduga lainnya. Inilah alasan betapa pentingnya investasi dalam hal keamanan infrastruktur IT perusahaan.

Satu insiden fatal bisa mengakibatkan kerugian rata-rata sebesar US$649.000 bagi perusahaan besar. Sementara, pada perusahaan kecil dan menengah nilainya mencapai US$50.000. Serangan tertarget yang mencapai sasaran bisa mengakibatkan kerugian hingga US$2,4 juta bagi perusahaan, yaitu kerugian finansial langsung dan biaya tambahan lainnya.     

Namun demikian, masih banyak perusahaan yang tidak menyadari tingginya risiko dan kerugian akibat insiden keamanan seperti gambaran di atas. Survei memperlihatkan bahwa seperempat perusahaan masih menganggap masalah keamanan “hanya terjadi pada perusahaan lain.” Sementara, 28% perusahaan beranggapan bahwa biaya untuk melindungi perusahaan dari kejahatan cyber lebih dari dari potensi kerugian akibat kejahatan cyber.  

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper