Bisnis.com, JAKARTA – Persentase spam dalam lalu lintas e-mail pada Juni 2013 naik 1,4% menjadi rata-rata 71,1%. Lampiran berbahaya ditemukan dalam 1,8% dari semua e-mail turun 1 basis poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Lebih dari setengah spam di dunia berasal dari China, sebanyak 24%, dan Amerika Serikat 17%. Korea Utara ada pada peringkat ketiga dengan total 14% dari seluruh spam.
Korea Selatan tetap menjadi penghasil utama spam yang dikirim ke pengguna di Eropa sebesar 53,3%, dengan persentase yang naik 9,6 persen poin. Amerika Serikat (4,6%) dan Vietnam (3,7%) turun ke posisi empat dan lima di bawah Italia (6,7%) dan Taiwan (5%). Pada Juni Italia naik 3,9 persen poin dibandingkan dengan Mei. Pada Mei, Italia berada di tempat ketujuh.
Juni lalu para penyebar spam mengeksploitasi nama pendiri Apple, Steve Jobs. Di bagian awal, e-mail acak yang diterima calon korban mengajak penerimanya untuk menguak rahasia kesuksesan Steve Jobs. Namun, bagian isinya merupakan iklan sesi pelatihan gratis.
Penyelenggara pelatihan berjanji bahwa hanya dalam waktu 1,5 jam mereka mampu mengajari bagaimana menciptakan bisnis yang menguntungkan dari hobi. Steve Jobs digunakan untuk menarik perhatian terhadap pelatihan tersebut.
Selain e-mail pelatihan yang menjanjikan ungkap rahasia sukses Steve Jobs, pada Juni Kaspersky Lab sering menemukan pesan spam yang menawarkan diskon besar-besaran untuk perangkat Apple.
Agar e-mail terlihat asli, para penipu memasukkan nama perusahaan pada kolom 'from’ meskipun alamat e-mail tersebut tidak ada hubungannya dengan Apple.
Para pelaku e-mail penipuan ini menekankan bahwa barang yang ditawarkan sangat terbatas dan calon korban harus cepat bertindak bila ingin mendapatkan barang tersebut.
Trik seperti ini sering digunakan untuk mendorong pengguna mengambil keputusan dengan cepat lalu mengklik tautan yang ada dan memesan barang diskonan tersebut.
Tema lain yang dieksploitasi para penyebar spam adalah tawaran masuk ke universitas di Amerika serta tawaran pendidikan online sesuai keinginan. E-mail seperti ini sering memasukkan tautan ke laman berisi formulir aplikasi untuk lembaga pendidikan di atas.
Menariknya, alamat laman situs tidak sama pada tiap e-mail dan seringkali baru dibuat pada hari surat tersebut dikirim. Mungkin beginilah cara pelaku surat massal mengumpulkan data pribadi pengguna.
Tatyana Shcherbakova, Analis Spam Senior Kaspersky Lab, mengatakan para penyebar spam pada Juni terus menggunakan trik yang familiar. Secara khusus, perusahaan mencatat beberapa surat massal yang mengiklankan rokok konvensional dan elektronik. Para pelaku menggunakan layanan Google Translate untuk memproses tautan spam.
“Selain itu, para penyebar spam menambahkan serangkaian surat acak dan nama domain Google dalam berbagai bahasa pada bagian akhir tautan," kata Shcherbakova dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Rabu (31/7/2013).