Nilai pasar PERANTI LUNAK capai US$800 juta

Febrany D. A. Putri
Jumat, 12 April 2013 | 00:27 WIB
Bagikan

BISNIS.COM, JAKARTA-- Berdasarkan riset BMI, pada tahun lalu nilai pasar peranti lunak mencapai US$687 juta.

Tahun ini diperkirakan meningkat 16% hingga US$800 juta. Kesempatan besar bagi produsen peranti lunak lokal. Namun, banyak yang berjatuhan. Apa pasal?

"Peranti lunak akan tumbuh signifikan. Namun, produsen software lokal hanya mendapatkan kurang dari 20% dari total nilai pasar tersebut. Masih banyak produsen asing yang mendominasi perusahaan besar," ujar Direktur Andal Software Indra Sosrodjojo, pada Kamis (11/4/2013).

Indra menilai model bisnis perusahaan peranti lunak produk akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan kustomisasi.

Model bisnis produk adalah membuat satu peranti lunak dan menjual kepada pelanggan tanpa melakukan perubahan atau kustomisasi, sementara kustomisasi peranti lunak dibuat berdasarkan kebutuhan pelanggan.

"Model bisnis kustomisasi tidak terukur pasti. Perusahaan mungkin saja mendapatkan pelanggan dengan nilai besar, tapi mereka juga harus menambah biaya SDM dan waktu, sementara model bisnis produk memperoleh pendapatan pasti ditambah nilai kontrak perawatan berkala," tambah Indra.

Meski demikian Indra menilai membuat peranti lunak produk lebih mahal karena mambutuhkan parameter yang dapat menyesuaikan langsung dengan kebutuhan pelanggan.

Saat ini Indra memperkirakan jumlah perusahaan TI dalam negeri lebih dari 1.000. Sekitar 200 hingga 300 merupakan perusahaan peranti lunak dan 80% di antaranya memiliki model kustomisasi. Adapun perusahaan model bisnis produk tak lebih dari 20 perusahaan.

"Kalau dengan model kustomisasi, perusahaan lokal akan kalah bersaing dengan asing. Salah satu solusinya bisa menggunakan model produk dan fokus pada jenis peranti lunak tertentu," pungkas Indra.

Sementara itu, nilai pasar perangkat keras meski masih mengalami pertumbuhan, tapi tidak sebesar peranti lunak. Untuk hardware pada tahun lalu US$4,2 miliar. Nilai pasar akan meningkat tahun ini 11% mencapai US$4,7 miliar. (ra)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper