BISNIS.COM, JAKARTA--Potensi pertumbuhan pengguna Internet Indonesia yang besar pada tahun ini diikuti beberapa kekhawatiran. Dua kekhawatiran utama yang muncul yakni kemanan berinternet dan regulasi.
Pada tahun ini, Ketua Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) Samuel Abrijani Pangerapan memproyeksikan pengguna Internet dalam negeri mampu mencapai 88 juta dari total 63 juta paa pertengah 2012. Adapun, penetrasi pengguna Internet Indonesia masih kecil yakni 25%. Pada 2015, Sammy memperkirakan jumlah tersebut akan melonjak hingga 125 juta hingga 150 juta pengguna atau mencapai 50% penetrasi.
Potensi pertumbuhan ini, kata Sammy, tak hanya akan mendatangkan peluang bagi industri, tetapi juga khawatiran. Meluasnya Internet berakibat pada keterbukaan data dan informasi. Pencurian data dan informasi pengguna, munculnya konten yang tidak diinginkan merupakan beberapa contoh kekhawatiran terhadap keamanan.
Selain keamanan, saat ini, regulasi juga menjadi salah satu masalah utama. Sammy mencontohkan pelaporan dugaan korupsi 16 ISP dan lima operator telekomunikasi Indonesia oleh LSM-RIP KKN belum lama ini.
"Industri Internet di Indonesia akan semakin berkembang dan pelaku industri membutuhkan regulasi yang jelas agar iklim usaha sehat. Jangan sampai justru regulasi memberatkan pertumbuhan industri," kata Sammy melalui telekonferensi "Arah Kebijakan dan Tata Kelola Internet di Indonesia dan Dunia", Jumat (1/3/2013).
Adapun, Sammy menjelaskan, melalui ekosistem Internet yang aman dan sehat di Indonesia, tak hanya pertumbuhan industri, tetapi juga pertumbuhan pengguna dan penetrasi Internet Indonesia juga akan tercapai.
Hal senada disampaikan Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ashwin Sasongko. Ashwin menyadari regulasi tentang Internet di Indonesia belum menyeluruh. Ashwin menambahkan, teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) berkembang lebih cepat daripada pembuatan peraturan dan perundangan .
"Memang masih banyak kekhawatiran, terutama regulasi terkait keamanan privasi dan konten. Oleh karena itu, pemerintah akan mengundang seluruh pemegang kepentingan di industri ini untuk menyampaikan masukan pada Internet Governance Forum atau Forum Tata Kelola Internet 2013 yang akan kami selenggarakan di Bali pada Oktober tahun ini. Kami proyeksikan peserta akan mencapai 1.500 hingga 2.000 orang," kata Ashwin.
Ada tiga pemegang kepentingan yang dimaksud Ashwin, yakni pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat. IGF merupakan forum diskusi terbuka mengenai tata kelola internet yang diadakan setiap tahun. Selain keamanan dan regulasi, Ashwin menyebutkan ada beberapa isu lainnya terkait tata kelola Internet yakni netralitas jaringan, hak cipta, kebijakan konten, kejahatan di dunia maya, kesenjangan digital, dan perlindungan konsumen.
Ashwin memaparkan bahwa pemerintah tengah membangun koneksi Internet di seluruh Indonesia melalui program Palapa Ring dan secara bersamaan mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan Internet yang aman dan sehat.
Saat ini, Ashwin beserta beberapa orang delegasi Indonesia seperti Sammy dan Shita Laksmi dari komunitas masyarakat sipil ID-CONFIG menghadiri Multistakeholder Advisory Group (MAG) di Paris Prancis. Dalam pertemuan ini, delegasi Indonesia mengajukan beberapa tema yang akan dibahas dalam IGF 2013 di antaranya terkait pembangunan koneksi Internet dan kemanan.
Selain itu, Ashwin menyampaikan pada World Summit on the Information Society Forum (WSIS) 2013 yang akan diselenggarakan di Swiss pada Mei, Indonesia akan membawa tiga program yang telah diterapkan untuk dinilai, yakni Internet Sehat dan Aman, aktivitas relawan TIK, serta koneksi Internet mobile di daerah terluar dan perbatasan.
Ia menginginkan proses yang transparan dalam mengelola ekosistem Internet di Indonesia melalui berbagai program itu. "Kami sadar perkembangan teknologi jauh lebih cepat daripada pembuatan peraturan dan perundangan. Namun, ini alasan mengapa kami perlu menerima masukan dari multistakeholders," pungkas Ashwin.(34)