Operator dianggap belum berpihak pada produk kabel optik lokal

Bambang Priyo Jatmiko
Senin, 30 Mei 2011 | 12:03 WIB
Bagikan

JAKARTA: Vendor lokal mengeluhkan penyerapan produk kabel optik dalam negeri yang masih kecil dan tidak diberi kesempatan dalam tender di sektor telekomunikasi.

Peter Djatmiko, Presdir PT Communication Cable Systems Indonesia (CCSI)produsen kabel optik darat dan dasar laut nasionalmengatakan proses pengadaan di operator telekomunikasi yang menggunakan e-auction selama ini belum berpihak pada industri lokal karena faktor persyaratan yang belum dapat dipenuhi lokal.

Jika kami lulus teknis pun harganya belum dapat mengikuti dan kualitas kerap kurang diperhatikan lagi, ujarnya disela-sela paparan diraihnya sertifikasi kabel optik dasar laut berstandar internasional dari Universal Joint Consortium (UJC), hari ini.

Dengan sertifikasi itu, produk CCSI telah teruji dan andal beroperasi sampai kedalaman 1.500 meter di bawah permukaan laut. Adapun dari sisi komponen lokal, produk kabel optik dasar laut CCSI menyerap 45-50% komponen lokal dan untuk kabel optik darat mencapai 20%-30% komponen lokal.

Untuk kabel darat 90% sudah dapat dipenuhi lokal. Kami menguasai 25% pangsa pasar di darat dan di kabel laut kami masih menjadi satu-satunya, tutur Peter.

Penyerapan kabel optik oleh operator nasional masih sangat kecil. Adapun suplai ke PT Telkom dan operator lainnya masih sangat kecil. PT Telkom menyerap sekitar 1.000 km, Indosat dan XL masing-masing lebih dari 1.000 km.

CCSI yang mengalokasikan investasi kabel optik dasar laut sekitar US$300 jutadengan target ekspansi 500.000 km dari posisi 300.000 km tahun inimengakui meskipun teknologi tinggi seperti komponen core kabel optik masih diimpor namun bukan berarti lokal tidak bisa memproduksinya.

Selain PT Communication Cable Systems Indonesia, industri juga diisi pemain seperti PT Prysmian Cable Indonesia, PT BICC Berca, PT Furukawa-Supreme, PT Jembo, PT Sumi-Indo, PT Voksel.

Penggunaan produk lokal diklaim dapat menghemat pengiriman ongkos kirim yang memakan investasi US$2 juta dan penghematan dari sisi biaya operasional 35% untuk instalasi. Adapun dari segi harga, harga produk lokal lebih murah 10% dibandingkan produk impor.

Secara umum, belanja untuk serat optik dari suatu proyek biasanya berkisar 20-30% dari nilai total investasi.

Sebagai perbandingan penetrasi kabel optik, China setiap tahunnya membentangkan 50 juta km serat optik, sementara itu Indonesia baru 1,5 juta km serat optik. Padahal dari sisi perbandingan populasi seharusnya Indonesia membentangkan 3-4 juta km serat optik setiap tahunnya.(jha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Mursito
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper