Bisnis.com, JAKARTA — Data pelanggan Louis Vuitton di Inggris dicuri oleh peretas yang memperoleh akses ke sistemnya.
Merek terkemuka dari grup mewah Prancis, LVMH itu mengatakan ada pihak ketiga yang tidak berwenang telah mengakses sistem operasinya di Inggris, dan memperoleh data-data penting seperti nama, detail kontak, dan riwayat pembelian pelanggan.
“Meskipun kami tidak punya bukti bahwa data Anda telah disalahgunakan hingga saat ini, upaya phising, penipuan, atau penggunaan informasi Anda tanpa izin masih berpotensi terjadi.” Kata pihak Louis Vuitton dalam emailnya dilansir Cybernews, Senin (14/7/2025).
Merek tersebut sudah melaporkan ancaman siber ini pada otoritas terkait, termasuk Kantor Komisaris Informasi. Mereka juga sedang mengambil langkah-langkah untuk memperkuat keamanan sistemnya, dan menyatakan penyesalan atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan pada pelanggan.
Menurut The Guardian, kejadian ini bukanlah yang pertama yang dialami grup LVMH dalam tiga bulan terakhir.
Selain dua serangan siber yang menargetkan Louis Vuitton cabang Inggris dan Korea, label mode terbesar kedua LVMH, Christian Dior Couture juga mengaku bahwa pada bulan Mei, peretas telah mengakses beberapa data pelanggan mereka.
Serangan-serangan digital yang dilancarkan pada sejumlah merek fashion memang sudah gencar dilakukan oleh para peretas selama beberapa bulan ini.
Contoh lain selain yang dialami grup LVMH adalah rangkaian kasus yang menimpa Marks & Spencer (M&S), Co-op, dan Harrods.
M&S jadi korban pertama, diserang pada bulan April, bahkan memaksa penutupan toko online-nya selama hampir tujuh pekan. Serangan itu berlanjut pada Co-op di bulan yang sama, mereka terpaksa menutup sebagian sistem IT-nya.
Sementara itu, Harrods jadi korban terakhir dari rangkaian kasus itu. Pada Kamis (01/05/25), mereka membatasi akses internet di seluruh situs webnya setelah menemukan adanya upaya mendapatkan akses tidak sah ke sistemnya.
Ketiga rentetan kejadian itu berimbas pada penangkapan empat orang, sebagai bagian dari penyelidikan serangan siber.
Keempat orang yang ditangkap tersebut adalah seorang remaja Inggris asal West Midlands berusia 17 tahun, seorang pria kebangsaan Latvia berusia 19 tahun yang juga dari West midlands, seorang pria Inggris usia 19 tahun asal London, serta seorang wanita Inggris usia 20 tahun asal Staffordshire.
Penangkapan terhadap empat orang itu terjadi beberapa hari setelah ketua M&S, Archie Norman, memberitahu anggota parlemen bahwa dua perusahaan besar Inggris lainnya telah terkena dampak serangan siber yang tidak dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir, saat ia memberikan rincian serangan "traumatis" terhadap brand tersebut. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)