Bisnis.com, JAKARTA — YouTube melaporkan bahwa ekosistem kreatornya telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS). Pada saat yang sama, Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi salah satu pasar terbesar mereka.
Berdasarkan riset Oxford Economics yang dirilis pada Selasa (10/6/2025) ekosistem kreatif YouTube menyumbang lebih dari $55 miliar atau sekitar Rp 894,3 triliun (kurs 16.260) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) AS dan mendukung lebih dari 490.000 pekerjaan penuh waktu selama 2024.
Ekosistem kreatif yang dimaksud YouTube tak hanya mencakup para kreator konten semata. Lingkupnya juga melibatkan berbagai pihak lain yang bekerja bersama kreator, seperti editor video, asisten, hingga humas, serta para karyawan perusahaan yang menyediakan layanan bagi kreator seperti Patreon, Spotter, dan Linktree.
Jumlah kontribusi ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pada 2022, riset yang sama mencatat ekosistem YouTube telah menciptakan sekitar 390.000 lapangan kerja dan menyumbang lebih dari $35 miliar atau sekitar Rp569,1 triliun. terhadap PDB AS.
Artinya, dalam dua tahun terakhir, YouTube menambahkan 100.000 pekerjaan dan $20 miliar atau sekitar Rp325,2 triliun. kontribusi ekonomi.
“YouTube menyediakan peluang yang paling konsisten dan menguntungkan bagi para kreator. Mereka yang memenuhi syarat untuk Program Mitra YouTube dapat memperoleh 55% dari pendapatan yang diperoleh dari iklan,” ungkap laporan tersebut dikutip dari laman TechCrunch pada Rabu (11/6/2025).
Bahkan untuk kreator kelas menengah penghasilan tersebut dapat mencapai beberapa ribu dolar per bulan. Meski industri ini tumbuh pesat, tantangan tetap ada.
Banyak kreator yang masih kesulitan untuk mendapatkan akses ke layanan keuangan seperti kartu kredit bisnis atau pinjaman usaha, meskipun memiliki bukti pendapatan yang stabil dan signifikan.
“Beberapa kreator kesulitan untuk memenuhi syarat mendapatkan kartu kredit bisnis atau mendapatkan pinjaman bisnis tertentu, terlepas dari solvabilitas keuangan mereka yang dapat dibuktikan,” tulis laporan tersebut.
Kondisi ini telah menarik perhatian pembuat kebijakan. Pekan lalu, dua anggota DPR AS, Yvette Clarke (D-NY) dan Beth Van Duyne (R-TX), meluncurkan Congressional Creators Caucus, sebuah kelompok bipartisan yang bertujuan mendukung serta mengakui potensi besar industri kreator di AS.
Sebelumnya, diketahui angka penonton YouTube dilaporkan mencapai 85% populasi di Asia Tenggara atau setara dengan 290 juta jiwa pada 2024. YouTube juga mencatatkan diri sebagai tujuan bagi 8 dari 10 pengguna internet di Asia Tenggara.
Masifnya angka tersebut diklaim oleh YouTube berperan vital dalam mendorong pencapaian perusahaan, terutama, di sektor e-commerce.
Studi Kantar menemukan 85% penonton di Thailand dan 67% di Indonesia menganggap kreator konten YouTube dapat dipercaya.
Faktor serupa juga berlaku terhadap brand. Kantar menyebut 60% Gen Z Indonesia percaya dengan brand yang ditampilkan kreator di YouTube, dibandingkan dengan hanya 40% di platform sosial lain.
Hal ini selaras dengan perilaku pembeli. Data Ipsos menunjukkan di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia, dan Filipina, lebih banyak orang mempercayai Google dan YouTube dalam perjalanan pembelian mereka daripada platform media sosial populer.