Bisnis.com, JAKARTA - PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mengharapkan dapat mengoptimalkan seluruh spektrum pasca merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dan PT Smart Tel.
Diketahui, PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (XLSmart), entitas hasil merger XL Axiata dan Smartfren, diperkirakan mengoperasikan spektrum frekuensi sebesar 152 MHz untuk melayani 94,5 juta pelanggan.
Spektrum frekuensi tersebut berasal dari 90 MHz milik XL Axiata (15 MHz/900 MHz, 45 MHz/1800 MHz, dan 30 MHz/2100 MHz) dan 62 MHz milik Smartfren (22 MHz/850 MHz dan 40 MHz/ 2300 MHz). Jumlah tersebut masih berpotensi berubah karena harus melalui perhitungan terlebih dahulu oleh regulator Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Head of External Communications XL Axiata Henry Wijayanto mengatakan, pihaknya mengharapkan bisa memanfaatkan spektrum yang ada setelah merger kedua perusahaan ini terjadi.
“Dalam rangka mendukung inisiatif kami untuk mempercepat digitalisasi dan VID 2045, kami berharap semua spektrum yang telah ada dapat kami manfaatkan secara optimal,” kata Henry kepada Bisnis, Senin (23/12/2024).
Meski begitu, XL kata Henry tetap membuka ruang untuk berdiskusi lebih lanjut dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Apalagi, Komdigi merupakan pemegang kewenangan terkait dengan penggunaan spektrum frekuensi jaringan yang ada.
“Kami sangat terbuka untuk berdiskusi dengan Komdigi untuk mendapatkan solusi dalam upaya ini, mengingat kewenangan Komdigi yang berkaitan dengan penggunaan spektrum frekuensi,” ujar Henry.
Smartfren (FREN) Berserah ke Komdigi
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan keputusan pengembalian spektrum menjadi wewenang Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), termasuk spektrum pascamerger.
“Spektrum ini sepenuhnya adalah kewenangan Menteri Komdigi. Jadi tidak ada satu regulasi yang mengatakan harus dikembalikan atau boleh tidak dikembalikan atau apapun,” kata Merza saat ditemui di kantornya, Jumat (20/12/2024).
Namun, Merza menuturkan nantinya akan ada evaluasi memastikan bahwa spektrum frekuensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan maksimal, tidak hanya oleh operator, tetapi juga untuk kepentingan publik.
Proses evaluasi akan melibatkan diskusi mendalam antara tim evaluasi Komdigi dan pihak-pihak terkait, termasuk tim dari XL dan Smartfren yang sedang menyusun langkah-langkah strategis sesuai dengan business plan yang diajukan.
“Kalau memang dirasakan oleh Komdigi sudah sangat optimal dan mungkin tidak ada yang perlu diambil oleh Komdigi. Tapi kalau tidak optimal mungkin secara hitungan kebanyakan pasti akan diambil,” ujarnya.