Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkapkan Finlandia berminat terlibat dalam pembangunan data center atau pusat data di Indonesia, termasuk transfer teknologi.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan peluang kerja sama Indonesia dan Finlandia maupun dengan negara lain dapat mendorong percepatan transformasi digital nasional.
"Kita ketahui bahwa Finlandia memiliki keahlian dalam inovasi digital, sementara Indonesia berada pada kondisi yang sangat dinamis dengan ekonomi digital yang terus berkembang. Tentu kami menyambut kolaborasi ini," kata Meutya dalam keterangan resminya, Sabtu (30/11/2024).
Hal ini diungkapkan Meutya usai bertemu dengan Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Pekka Kaihilaht di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Jumat (29/11/2024) kemarin.
Meutya menekankan, pihaknya tak ingin Finlandia hanya terbatas pada investasi, melainkan juga ikut berkontribusi memberikan nilai tambah jangka panjang lewat transfer of knowledge.
"Kami ingin memastikan bahwa kerja sama ini mencakup transfer pengetahuan dan teknologi dari Finlandia, sehingga dapat memperkuat kapasitas sumberdaya manusia di Indonesia, memproduksi teknologi sendiri, dan menjadi pemain global di bidang digital," jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Duta Besar Finlandia Pekka Kaihilahti sepakat untuk membagikan pengalaman Finlandja dalam membangun ekosistem digital yang efisien kepada Indonesia.
Menurut dia, Finlandia akan bersedia berbagi pengetahuan melalui pelatihan, pendampingan teknis, dan kolaborasi strategis. Dia juga memastikan kerja sama tersebut dapat menguntungkan bagi kedua negara.
"Kami tidak hanya menawarkan teknologi tetapi juga pengalaman dan keahlian dalam membangun infrastruktur digital serta pemberdayaan sumber daya manusia," ujar Kaihilahti.
Baca Juga Raih Kontrak Rp1,8 Triliun, Acset Indonusa (ACST) Bidik Data Center dan Fasilitas Kesehatan |
---|
Lebih lanjut, pihaknya berharap transfer pengetahuan dari Finlandia dapat meningkatkan kemampuan domestik Indonesia dalam mengembangkan pusat data modern, memperkuat ekosistem digital, serta menghubungkan masyarakat hingga wilayah terpencil.
Sebelumnya, data center Indonesia menjadi yang terbesar kedua di Asia Tenggara dengan kapasitas 202 MW. Kepastian ini berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company.
Country Director Google Indonesia, Veronica Utami mengatakan bahwa angka ini diprediksi pihaknya akan bertambah dalam beberapa tahun ke depan.
Tak main main, Veronica menyampaikan perkembangan kapasitas data center di Indonesia bakal naik lebih dari 200%.
“Kami expect kapasitas (data center) tersebut akan naik sebesar 268% dalam beberapa tahun ke depan untuk bisa memfasilitasi kebutuhan komputasi AI,” kata Veronica di kantornya, Rabu (13/11/2024).
Meski menjadi nomor dua di Asean, kapasitas Indonesia masih terpaut jauh dari kapasitas pusat data Singapura sebesar 1.000 MW.
Di sisi investasi pada data center, dalam laporan tersebut tercatat hingga semester I/2024 Malaysia berada di urutan teratas yang berinvestasi pada data center sebesar US$15 miliar.
Posisi kedua diikuti oleh Singapura dengan investasi US$9 miliar dan posisi ketiga ditempati Thailand dengan investasi US$6 miliar.
Tak hanya soal data center, dalam laporan tersebut ditemukan bahwa penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi fitur yang menjadi top of mind atau hal yang selalu digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Veronica Utami menuturkan penggunaan AI sudah menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia.
“AI sangat penting untuk digunakan oleh bisnis supaya bisa terus berkembang dengan berkelanjutan dan terus berinovasi. Nah di Indonesia sendiri AI ini sudah menjadi top of mind untuk masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Untuk peta penggunaan AI di Indonesia, Veronica mengatakan bahwa minat penggunaan AI tidak hanya terpaku di Jakarta sebagai kota Megapolitan.
Minat pengguna AI juga dirasakan di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di pulau Kalimantan dan Sumatra.
“Dari Google data kita melihat bahwa minat yang tinggi ini ternyata tidak hanya di Jakarta. Tapi juga kita melihat terjadi di daerah-daerah, salah satunya di Kalimantan Timur dan Kepulauan Riau,” ujar Veronica.