Perbedaan BTS Terbang HAPS Aalto vs Starlink, Latensi hingga Ongkos

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 1 Agustus 2024 | 13:57 WIB
Ilustrasi obyek langit wahana dirgantara yang berada di stratosfer
Ilustrasi obyek langit wahana dirgantara yang berada di stratosfer
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Wahana dirgantara bertenaga surya atau High Altitude Platform Station (HAPS) Zephyr Aalto resmi menjalin kerja sama dengan Mitratel. anak usaha Telkom yang bergerak di bidang menara telekomunikasi.

Tidak jauh berbeda dengan satelit orbit rendah (LEO) Starlink milik Elon Musk, kedua wahana ini sama-sama terbang di stratosfer atau lapisan bumi di bawah atmosfer. Lantas apa bedanya? 

Dilansir dari berbagai sumber, terdapat lima perbedaan antara Haps Zephyr dengan Starlink, mulai dari ketinggian, cakupan layanan, metode konektivitas, latensi hingga ongkos operasional per titik daerah rural. 

Ketinggian

HAPS Zephyr terbang pada ketinggian 18 - 20 kilometer di atas permukaan bumi. jika dibandingkan dengan satelit LEO, yang rata-rata terbang di ketinggian 500 - 2.000 kilometer, maka HAPS Zephyr jauh lebih rendah. 

Adapun Starlink terbang di ketinggian 550 kilometer di atas permukaan bumi. Elon Musk sempat berencana menurunkan ketinggian Starlink menjadi 300 kilometer. 

Cakupan

Dengan jumlah satelit yang telah mencapai lebih dari 5.000 satelit, Starlink memiliki cakupan yang lebih luas. Tidak hanya itu, dengan daya terbang yang lebih tinggi dari Haps, Starlink memiliki cakupan yang lebih luas per satelitnya, Belum diketahui dengan pasti jangkauan layanan masing-masing teknologi. 

Konektivitas

Kemudian untuk menerima akses internet yang disuntikan masing-masing perangkat, Haps memiliki keunggulan yaitu dapat langsung terhubung ke smartphone pengguna. Sementara itu untuk terhubung ke internet Starlink, pengguna membutuhkan perangkat penangkap sinyal berupa dish, yang harus terhubung ke listrik, setelah itu penangkap sinyal (terminal) akan menyebarkan internet ke beberapa perangkat smartphone tergantung paket yang digunakan. 

Latensi

Dari sisi latensi, Haps Zephyr dikabarkan memiliki latensi yang lebih rendah yaitu 5-10 milidetik, sementara itu Starlink sekitar 50 milidetik. Hal ini disebabkan ketinggian masing-masing wahana berbeda. 

Ongkos

Kemudian untuk ongkos ke daerah rural, Haps Zephyr mengeklaim bahwa mereka lebih murah dibandingkan dengan Starlink. Jika Starlink membutuhkan ongkos sekitar ribuan dollar Amerika Serikat (AS) untuk melayani per titik daerah rural, Haps hanya menghabiskan tidak lebih dari 10 dollar (AS). 

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward memiliki pendapat lain. Dia menilai ongkos Haps bisa lebih mahal karena waktu terbang Haps singkat tidak sampai 1 tahun. Sementara Starlink bisa 6-7 tahun. 

Haps Zephyr Aalto sendiri bukanlah teknologi baru dalam hal konektivitas internet. Pada Mei 2024, konsorsium Jepang menginvestasikan dana sebesar Rp1,6 triliun untuk pengembangan Haps Zephyr milik Airbus. 

Kerja sama Haps Japan Corporation dengan Airbus menargetkan komersialisasi Haps pada 2026 secara global. 

 

 

 

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper