Bisnis.com, JAKARTA - Layanan internet Starlink, satelit orbit rendah milik Elon Musk, mati total pada Selasa (28/05/2024). Itu bukanlah yang pertama kali, dibandingkan April tahun lalu total Starlink sudah mati sebanyak tiga kali.
Kematian internet pada Selasa dilaporkan oleh situs Downdetector. Sebanyak 41.393 pengguna melaporkan bahwa mereka tidak bisa mengakses jaringan internetnya secara total.
Starlink sudah mengonfirmasi sedang alami pemadaman jaringan dan sudah memperbaiki masalah tersebut.
"Masalah jaringan telah teratasi sepenuhnya," tulis Starlink dalam postingan X pada Rabu (29/05/2024).
Sebelumnya, Starlink juga pernah mengalami gangguan layanan internet pada 8 April 2023 dan 12 September 2023.
Pada 8 April 2023, Musk menjelaskan mengapa insiden internet Starlink yang mati.
Dia menjelaskan bahwa konstelasi tersebut menurun karena sertifikat digital yang sudah habis masa berlakunya, yang disebut “identitas mesin” yang memungkinkan perangkat untuk saling percaya dan mengenali satu sama lain.
Menurut CEO AppViewX Gregory Webb, alasan yang dikemukakan Musk tidak masuk akal dan tidak bisa dimaafkan. Pasalnya, sertifikat tersebut merupakan tulang punggung keamanan siber, menyediakan otentikasi dan komunikasi terenkripsi.
"Beroperasi dengan sertifikat yang kedaluwarsa dapat menyebabkan banyak masalah, termasuk kerentanan keamanan. Misalnya, hacker dapat menggunakan kelemahan tersebut untuk mencegat informasi sensitif seperti data pembayaran," ujarnya.
Pemadaman jaringan berlangsung di relatif waktu yang sama yaitu sekitar 1 jam, sebelum akhirnya kembali pulih.
Insiden tersebut menyoroti tantangan yang dihadapi penyedia internet satelit dalam menjaga konsistensi ketersediaan jaringan.
Diketahui, Starlink resmi masuk di Indonesia dan beroperasi pada bulan Mei 2024.
Satelit ini diklaim sangat cocok untuk wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) atau pedesaan yang di mana konektivitas internet hampir tidak dapat diandalkan atau tidak ada sama sekali.
Starlink menggunakan konstelasi satelit orbit Bumi rendah (LEO) untuk menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi.
Alih-alih menggunakan teknologi kabel, seperti serat optik untuk mengirimkan data internet, sistem satelit menggunakan sinyal radio melalui ruang hampa.
Stasiun bumi menyiarkan sinyal ke satelit di orbit, yang pada gilirannya menyampaikan data kembali ke pengguna Starlink di Bumi. Setiap satelit di konstelasi Starlink memiliki berat 260 kg.
Satu roket SpaceX Falcon 9 dapat memuat hingga 60 satelit. Menurut data statistik dari Jonathan McDowell, SpaceX telah meluncurkan lebih dari 6,500 satelit Starlink hingga saat ini.
Hal tersebut merupakan 60% dari total satelit yang ada di orbit bumi. Saat ini terdapat 7.500 satelit yang mengorbit di bumi. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)