Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata pendapatan per pelanggan (average revenue per user/ARPU) gabungan yang dibukukan PT XL Axiata Tbk. (EXCL) naik menjadi Rp44.000 pada kuartal I/2024, dari sebelumnya Rp40.000 pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan terjadi saat pelanggan perusahaan turun tipis 0,4% atau 300.000 pengguna menjadi 57,6 juta pelanggan.
Merujuk pada laporan presentasi korporasi XL Axiata membukukan pendapatan sebesar Rp8,4 triliun pada 3 bulan pertama 2024, naik 12% year on year/YoY. Layanan data menjadi kontributor terbesar atas pendapatan tersebut. Pendapatan dari layanan data dan digital XL Axiata tumbuh 13% YoY dan 2% secara kuartalan.
Dari sisi jumlah pengguna, total ada 57,6 juta pelanggan yang dilayani oleh XL Axiata pada kuartal I/2024, turun sekitar 300.000 pelanggan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan terjadi untuk kategori pelanggan prabayar dari 56,4 juta menjadi 56 juta. Sementara itu untuk pelanggan pascabayar stagnan pada angka 1,6 juta.
Di tengah jumlah yang turun, ARPU prabayar XL Axiata naik menjadi Rp43.000 dari Rp38.000 pada kuartal I/2023. Sementara itu ARPU Pascabayar turun dari Rp91.000 pada kuartal I/2023 menjadi Rp89.000 pada kuartal I/2024.
Presiden Direktur & CEO XL Axiat Dian Siswarini mengatakan keberhasilan perusahaan dalam membuat pengguna makin rajin mengkonsumsi data, mendorong peningkatan ARPU di perusahaan.
“Kami berhasil mendorong penggunaan layanan sehingga trafik juga meningkat sebesar 3,2% dibandingkan Q4/2023 serta 18% dibandingkan Q1/2023, sehingga pada akhirnya turut mendorong kenaikan blended ARPU (average revenue per user) menjadi Rp 44.000. Angka tersebut merupakan ARPU tertinggi yang pernah dicapai XL Axiata hingga saat ini,” kata Dian dalam siaran pers, Senin (29/4/2024).
Dian menambahkan pencapaian kinerja kuartal I/2024 juga tidak terlepas dari keberhasilan perseroan dalam mengoptimalkan penggunaan biaya operasional (OPEX) termasuk menekan beban biaya-biaya operasional menjadi lebih rendah. Total biaya operasional berkurang hingga 8% dibandingkan Q4/2023.
“Penurunan biaya operasional yang signifikan ada pada beban penjualan dan pemasaran (sales and marketing) dan biaya infrastruktur,” kata Dian.