Fenomena Startup Tutup Awal Tahun Ini, Atsindo: Hal yang Normal

Anitana Widya Puspa
Sabtu, 17 Februari 2024 | 08:51 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) menilai fenomena tutupnya perusahaan startup merupakan berita yang normal karena selama ini memang hanya kurang dari 5 % startup yang mampu melewati  tantangan dan lulus menjadi perusahaan yang stabil.

Ketua Umum  Atsindo Handito Joewono menjelaskan justru menjadi tidak normal apabila semua perusahaan startup saat ini tumbuh dengan pesat. Dia pun menganalogikan perjalanan perusahaan startup sama seperti dengan siklus hidup manusia, yang juga mengalami periode sebagai bayi, balita, anak-anak, remaja dan dewasa.

Dia mengibaratkan bagi perusahaan startup, periode sebagai bayi dan balita adalah saat ide bisnis kreatif dikembangkan dan disepakati para founder. Sementara untuk periode anak-anak adalah ketika perusahaan startup sudah mengimplementasikan bisnis kreatif dengan membentuk fondasi berupa rencana bisnis perusahaan.

Serupa dengan periode pertumbuhan tercepat manusia adalah ketika masa, demikian pula sebutnya, perusahaan startup pada periode remaja ini yang paling menarik. Selanjutnya, ketika perusahaan startup menginjak usia dewasa yang ditandai dengan sudah masuknya investor yang mengendalikan bisnis startup.

Dia berpendapat tidak lebih dari 5 % perusahaan startup berhasil melewati periode remaja dan menjadi dewasa ditandai dengan pengelolaan bisnis normal yang menghasilkan pertumbuhan pendapatan dan keuntungan berkelanjutan.

"Jadi ya normal-normal saja bila perusahaan startup terpaksa tutup. Hanya saja bila perusahaan startup yang tutup tersebut sudah di periode dewasa akan berdampak luas karena tidak hanya merugikan investor dan lembaga penyedia pendanaan tetapi juga mengakibatkan PHK dengan jumlah besar," terangnya kepada Bisnis, dikutip, Sabtu (17/2/2024).

Guna mencegah atau setidaknya mengurangi dampak negatif tersebut, dia melihat diperlukannya upaya ekstra yang tak bisa hanya dibiarkan dilakukan oleh ekosistem komersial startup tetapi juga membutuhkan kehadiran dan peran serta pemerintah.

Dia mencontohkan untuk pemerintah di berbagai negara yang industri startup mengalami kemajuan seperti misalnya Singapura melakukan upaya-upaya proaktif untuk memfasilitasi dan bahkan menopang perjalanan startup dengan menyediakan mekanisme termasuk pendanaan gaya startup. Alhasil tingkat keberhasilan startup menjadi rendah dan bahkan mendorong pindahnya startup dari luar Singapura untuk beroperasi dan bahkan memindahkan kantor pusatnya ke Singapura.

Dia memaparkan ada beberapa hal yang membuat perusahaan rintisan mengalami tantangan dalam mengelola dana investor. Dia mencontohkan pengelolaan dana membutuhkan financial expertise, dan ini yang sering tidak dipunyai perusahaan startup khususnya di Indonesia.

Kendati sesungguhnya hampir seluruh perusahaan startup yang mendapat pendanaan dari investor tentu juga mendapat dukungan financial expertise dari investor dan bahkan  pengambilalihan pengelolaan keuangan oleh investor.

Hanya saja, kata dia, pengelolaan keuangan tidak hanya aspek manajemen keuangan dan akuntansi, tetapi juga budaya keuangan sehat dari segenap personil. Handito pun mengingatkan kepada pemilik agar tidak menghambur-hamburkan pendanaan untuk hal yang tidak bermanfaat strategis.

Selain aspek budaya keuangan sehat di atas, dia menambahkan kendala pengelolaan perusahaan startup adalah ketidakberhasilan dalam merubah fase pertumbuhannya dari 'remaja' menjadi 'dewasa', khususnya kebersamaan tim untuk punya komitmen bersama dalam menghasilkan profit dengan menciptakan pertumbuhan penjualan dan menghemat pengeluaran. Hal ini membutuhkan coaching atau pendampingan perusahaan startup.

Pada tahun politik 2024 ini, dia pun memprediksikan perusahaan start up tak memungkinkan untuk kerja efektif selama 12 bulan. Banyak waktu terbuang karena investor cenderung wait and see. Dia pun memperkirakan tidak bisa berharap banyak akan lahir banyak startup dewasa pada 2024 ini.

Sisi lain, tahun yang dipenuhi suasana was-was pada 2024 yang penuh dengan kehati-hatian justru menciptakan kesempatan untuk menghasilkan banyak perusahaan startup dalam fase 'remaja'. Saatnya startup dalam fase 'bayi' untuk diakselerasi menjadi startup anak anak dan remaja.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Ibad Durrohman
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper