Metaverse Masih Suram di RI, Harga Perangkat Terlalu Mahal dan Digempur AI

Crysania Suhartanto
Rabu, 17 Januari 2024 | 08:00 WIB
Pengunjung berada di dekat instalasi seni imersif berjudul Machine Halusinasi – Space: Metaverse saat acara Digital Art Fair Asia yang menampilkan seni digital dan NFT di Hong Kong, China, Minggu (3/10/2021) Bloomberg/Lam Yik
Pengunjung berada di dekat instalasi seni imersif berjudul Machine Halusinasi – Space: Metaverse saat acara Digital Art Fair Asia yang menampilkan seni digital dan NFT di Hong Kong, China, Minggu (3/10/2021) Bloomberg/Lam Yik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai perkembangan metaverse pada tahun ini masih berat Ekosistem metaverse membutuhkan dukungan perangkat yang harganya saat ini masih terlalu mahal. Di sisi lain, AI menyebar dengan cepat dan mudah.

Direktur Ekonomi Digital Celios Nailul Huda mengatakan teknologi metaverse masih eksklusif, seperti harganya yang sangat mahal dan kegunaannya yang cukup minim.

“Misalkan teknologi AR dan VR kan harus membeli device pendukung yang harganya tidak murah. Penggunaannya pun sangat terbatas dan tidak terlalu membantu aktivitas manusia,” ujar Huda kepada Bisnis, Rabu (17/1/2024).

Sebagai informasi, perusahaan teknologi Sightful baru meluncurkan perangkat gabungan laptop dengan kacamata realitas campuran (augmented reality/AR) pertama di dunia bernama Spacetop dengan harga Rp33,4 juta. 

Selain itu, adapula Meta yang membuat kacamata AR Meta Quest 3 dengan harga Rp7,8 juta dan Apple yang membuat Apple Vision Pro dengan harga Rp54,7 juta.

Oleh karena itu, Huda mengaku perkembangan Metaverse tidak dapat disandingkan dengan perkembangan AI yang sudah jauh di depan dan terbuka bagi semua segmen masyarakat.

Huda mencontohkan ChatGPT dan Bard yang bisa didapatkan secara gratis dan digunakan untuk berbagai macam hal. Adapun jika berbayar, mereka akan menghadirkan kualitas layanan yang juga lebih tinggi.

“Jadi sangat jauh sekali penggunaan AI dengan Metaverse. Metaverse gagal memenuhi ekspektasi masyarakat, sedangkan AI melebihi ekspektasi pengguna,” ujar Huda.

Namun, Huda mengaku dengan banyaknya perusahaan yang mengeluarkan kacamata AR, metaverse masih memiliki peluang untuk berkembang secara positif.

Perusahaan riset Bain&Company melihat nilai pasar metaverse diprediksi bisa mencapai US$900 miliar atau sekitar Rp14.031 triliun pada 2030. Padahal, hingga tahun tersebut, metaverse diprediksi masih berada di tahap awal hingga 5-10 tahun ke depan.

Menurut Partner di Bain Technology Chris Johnson, sekalipun hype dari metaverse sempat menurun, ada beberapa sektor yang justru makin masif melakukan pengembangan metaverse. Bahkan Chris mengatakan metaverse memberikan peluang ekonomi yang nyata bagi bisnis. 

“Seiring dengan berkembangnya metaverse dengan cepat, kita telah melihat jenis teknologi ini diterapkan di berbagai industri,” kata Chris dikutip dari laman Bain&Company, Selasa (16/1/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper