Bisnis Menara Telekomunikasi di Tengah Bayang-bayang HAPS BTS Terbang

Crysania Suhartanto
Rabu, 27 Desember 2023 | 07:04 WIB
Ilustrasi HAPS yang dikembangkan Softbank/dok.website softbank
Ilustrasi HAPS yang dikembangkan Softbank/dok.website softbank
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Wahana dirgantara high altitude platform station (HAPS) atau base transceiver station (BTS) terbang tengah dikaji untuk diimplementasikan di Indonesia sebagai solusi alternatif memperluas pemerataan layanan telekomunikasi ke wilayah rural.

Implementasi BTS terbang ini telah mendapat restu dari World Radiocommunication Conference (WRC) 2023. Pengoperasiannya di Indonesia dapat menggunakan empat frekuensi di pita 900 MHz, 1800 MHz, 2,1 GHz dan 2,6 GHz. 

HAPS nantinya dapat mengangkut BTS 4G di ketinggian 18 km-25 km (stratosphere) atau lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian satelit orbit rendah, seperti Starlink, yang sekitar 550 km. 

Penempatan BTS di udara ini menjadi tahap lanjut perihal pengoperasian BTS, yang selama ini cenderung diletakan di tanah dan menempel dengan menara telekomunikasi. Maka, tidak heran jika HAPS kemudian disebut sebagai BTS terbang. 

Asosiasi Pengembang Infrastruktur Menara Telekomunikasi (Aspimtel) menyatakan masih akan mengkaji putusan WRC dan mempelajari dampak yang ditimbulkan dari implementasi BTS terbang.

Direktur Eksekutif Aspimtel Tommy Gustavi Utomo mengatakan, kajian yang dilakukan Aspimtel tersebut akan dilakukan bersama perusahaan industri telekomunikasi lainnya di Indonesia.

“Kami berpendapat sebagai bagian dari pelaku bisnis di industri infrastruktur, kami akan mempelajari dahulu putusan WRC 2023 bersama-sama stakeholder industri telekomunikasi di Indonesia,” ujar Tommy kepada Bisnis, Selasa (26/12/2023).

Tommy mempertanyakan mengenai posisi HAPS, yang diduga saat ini belum masuk ke dalam protokol Internasional Telecommunication Union (ITU).

Jika kebijakan terkait BTS terbang ini sudah menjadi protokol dari organisasi internasional tersebut, kata Tommy, industri di Indonesia akan menindaklanjutinya seturut dengan Indonesia yang merupakan anggota dari ITU.

"Jika sudah ditetapkan dalam ITU, maka Indonesia sebagai anggota ITU tentu akan menindaklanjutinya dengan pertimbangan untuk mendukung pertumbuhan jaringan digital yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia ini," kata Tommy.

Dampak ke Bisnis Menara 

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memastikan bahwa BTS terbang tidak akan benar-benar menggantikan bisnis menara telekomunikasi bila nantinya diimplementasikan di Indonesia.

“Tidak menggantikan sama sekali. Satelit tetap kita pakai, menara BTS juga tetap kita pakai, fiber optik juga tetap kita pakai,” ujar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Usman Kansong kepada Bisnis.

Menurutnya, kehadiran teknologi baru ini dapat mengatasi kendala-kendala yang ada dari infrastruktur telekomunikasi saat ini.

Adapun, wilayah Indonesia yang terjal menjadi salah satu tantangan dalam penggelaran menara telekomunikasi. Sulit bagi perusahaan telekomunikasi untuk menjangkau wilayah pegunungan dan lain sebagainya. 

Namun, menurut Usman, implementasi BTS terbang ini masih membutuhkan kajian yang lebih mendalam terkait keefektifannya dalam mengatasi persoalan geografis di Indonesia.

“Masih harus kita kaji lagi ya, sejauh mana efektivitasnya [HAPS] dalam mengatasi persoalan geografis di Indonesia yang cukup menantang dan luas,” ujar Usman.

Selain itu, lanjut Usman, hal lainnya yang jadi pertimbangan adalah spektrum yang akan digunakan oleh BTS terbang. Menurut Usman, Kemenkominfo masih belum mengetahui jika spektrum yang akan dipakai oleh BTS terbang perlu dikosongkan terlebih dahulu atau tidak.

“Perlu kita kaji. Seperti apa, begitu kan. Apakah bisa kita replace, ya kita gantikan dan seterusnya. Jadi masih butuh waktu lah ya untuk mengkaji ini,” katanya. 

Usman mengatakan, Kemenkominfo akan berbicara dengan penyedia teknologi terkait perihal biaya dan hal-hal krusial lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper