Bisnis.com, JAKARTA - Jarum jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. Di ruangan yang dingin dan modern di Hotel Westin, Jakarta. Fadhilah bercerita tentang wilayah terpencil yang serba tertinggal. Listrik kadang ada, kadang tidak. Internet dianggap sihir.
Fadhilah Mathar, Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), mengatakan bagi warga di daerah terpencil, terdepan dan tertinggal (3T) internet merupakan hal yang sangat baru.
Mereka tidak pernah membayangkan, dapat terhubung kemanapun dan dengan siapapun lewat alat berukuran 5-6 inci itu, termasuk terhubung dengan seseorang yang telah dianggap meninggal karena 7 tahun tak berkabar.
“Ketika infrastruktur digital tersedia, internet yang belum pernah ada dan tak pernah dirasakan, ini internet menjadi ada. Itu kadang-kadang mereka mengira sesuatu yang mistis," kata wanita yang akrab disapa Indah, Sabtu (25/11/2023).
Bagi Fadhilah, kejadian itu seperti tamparan yang membuat dirinya dan teman-teman di Bakti sadar bahwa pekerjaan mereka belum selesai. Permasalahan masyarakat di daerah 3T tidak serta merta rampung ketika internet menyala.
Masyarakat harus diberi edukasi dan literasi mengenai pemanfaatan internet beserta perangkatnya, agar berdampak pada produktivitas. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pada 2018, Bakti dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membuat direktorat khusus untuk meningkatkan literasi digital.
Bakti juga berupaya untuk memberikan pelatihan setiap kali ada site atau titik layanan yang telah beroperasi, agar masyarakat dapat menggunakan internet secara bijak.
“Kami juga memperhatikan teknologi kompresi. Bagaimana aplikasi yang digunakan itu adalah aplikasi yang tak membutuhkan kapasitas yang tidak terlalu besar sehingga storage menjadi penting server menjadi penting,” kata Indah yang baru menjabat 3 bulan sebagai Dirut Bakti.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, sejak 2019-2023 Bakti Kemenkominfo sudah melakukan 60 kegiatan untuk meningkatkan literasi digital di daerah tertinggal.
Tahun ini Bakti melakukan kegiatan-kegiatan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan, maupun workshop di berbagai sektor prioritas. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain sosialisasi Seminar
Merajut Nusantara, yang merupakan sosialisasi pemanfaatan infrastruktur digital secara online/hybrid.
Tujuannya dari acara tersebut adalah untuk mendorong dan memberdayakan Masyarakat agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan internet terhadap peningkatan perekonomian, sarana edukasi dan sosial kegiatan ini menyasar Masyarakat umum. Hingga Oktober 2023, sosialisasi ini telah dilakukan pada kepada 49.052 peserta.
Bakti juga menggelar kegiatan pelatihan master trainer literasi digital yang mengedukasi para trainer untuk menyebarkan literasi digital lebih luas ke masyarakat lainnya.
Sosialisasi ini dilakukan terhadap 50 master trainer di Halmahera Barat, Maluku Utara dan Sintang, Kalimantan Barat serta 60 trainer master trainer di Sumba Timur dan Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur dengan pengimbasan kepada sebanyak 10.000 masyarakat umum lainnya.
Kegiatan Pelatihan 4 pilar literasi digital di Jayapura, Papua, Sambas, Kalimantan Barat, Sikka, Timur Tengah Utara, dan Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur kepada total 2.200 peserta.
Adapun mengenai target dalam membangun human structure - seperti literasi dan membangun ekosistem digital -, kata Indah, tidak sebanyak seperti target membangun infrastruktur digital. Pasalnya, fokus inti Bakti adalah membangun akses dan konektivitas.
“Misalnya kita membangun sentra produktif dan menanamkan kepada mereka sense (nalar) pemanfaatan digital. Jumlahnya kecil mungkin 500 peserta di daerah 3T, tetapi yang ingin kami kejar adalah Indonesia Maju 2045. Itu tidak bisa terjadi kalau kita tidak menginklusikan desa karena patokannya adalah GDP,” kata Indah.
Untuk diketahui, di dalam Indonesia Maju 2045, terdapat Visi Indonesia Digital (VID) 2045, yaitu sebuah konsep perencanaan jangka panjang di bidang digital untuk mengorkestrasi kepentingan stakeholders dengan perspektif sektoral dan kewilayahan .
Adapun infrastruktur digital menjadi fondasi pada VID 2045. Sebagai tahap pertama, Pemerintah menargetkan penetrasi internet mencapai 86% populasi pada 2030. Jumlah tersebut cukup tinggi, mengingat pada 2023, penetrasi internet Indonesia masih sekitar 77% menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Tidak hanya dari sisi kuantitas, pun dengan kualitas. Pemerintah menargetkan pada 2030 rata-rata kecepatan internet bergerak Indonesia mencapai 200 Mbps
Untuk mewujudkan hal itu, menurut Indah, yang harus dilakukan adalah memprioritaskan pembangunan internet di desa-desa, sehingga akuisisi ilmu pengetahuan dapat diserap dengan cepat dan produktivitas dapat tumbuh lebih baik dengan transformasi digital.
“Menurut riset, pembangunan digitalisasi di desa memberikan pertumbuhan 5x lebih besar, kenapa? karena mereka fast mover. Mereka awalnya benar-benar tidak memiliki kemungkinan untuk tumbuh kemudian ada internet, yang membuka ruang pertumbuhan yang lebih besar. Di sana masih luas,” kata Indah.
Indah juga berharap dengan literasi digital, desa-desa dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, minimal hingga 5-6 persen per tahun. Hal itu yang kami kejar.
Untuk diketahui sejalan dengan digitalisasi gencar dilakukan oleh Bakti, lembaga/kementerian dan pihak swasta lainnya, indeks literasi digital Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan upaya literasi digital Bakti dan seluruh pemangku kepentingan berbuah manis.
Dengan literasi digital yang terus berjalan itu, tentunya diharapkan perekonomian tidak hanya maju, juga masyarakat makin melek dalam mengoptimalkan internet. Semoga internet tidak lagi dianggap lagi sebagai sihir.
Skor Literasi Digital Indonesia (1-5) | |
---|---|
Tahun | Skor |
2020 |
3,46 |
2021 |
3,49 |
2022 |
3,54 |