Bisnis.com, JAKARTA - Meta Platforms (META.O), sebuah layanan jejaring sosial asal AS, telah membubarkan divisi Responsible AI (RAI). Hal ini dikarenakan tim tersebut menggunakan lebih banyak sumber dayanya untuk kecerdasan buatan (AI) generatif.
Sebagian besar anggota tim RAI telah dipindahkan ke divisi produk AI Generatif perusahaan, sementara beberapa lainnya sekarang akan bekerja di tim Infrastruktur AI Meta. Induk Facebook itu awalnya menaruh harapan menghadirkan AI yang bertanggung jawab ke dunia.
Mengutip dari The Verge, Senin (20/11/2023), Meta selalu berupaya mengembangkan AI yang bertanggung jawab dan memiliki halaman yang didedikasikan untuk janji tersebut, perusahaan ini mencantumkan pilar AI yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut, termasuk detailnya, transparansi, keamanan, privasi, dan lain-lain.
Mewakili Meta Jon Carvill mengatakan perusahaan akan terus memprioritaskan dan berinvestasi dalam pengembangan AI yang aman dan bertanggung jawab.
"Sebagian besar anggota tim AI yang Bertanggung Jawab akan beralih ke AI generatif dan terus mendukung upaya lintas-Meta yang relevan dalam pengembangan dan penggunaan AI yang bertanggung jawab," kata Jon, dikutip dari The Verge, Senin (20/11/2023).
Sayangnya Meta tidak menanggapi permintaan komentar terkait informasi ini.
Restrukturisasi RAI yang telah ada sejak tahun 2019, hal ini terjadi ketika induk Facebook mendekati akhir tahun efisiensi, sebagaimana CEO Mark Zuckerberg menyebutnya dalam laporan pendapatan Februari 2023.
Selama ini hal tersebut ditandai dengan banyaknya PHK, serikat pekerja, dan redistribusi di dalam perusahaan ini.
RAI diciptakan untuk mengidentifikasi masalah dalam metode pelatihan AI, termasuk apakah model perusahaan dilatih dengan informasi yang cukup, dengan tujuan menghindari masalah seperti masalah penyalahgunaan pada platformnya.
Sistem otomatis pada platform sosial Meta telah menimbulkan masalah seperti masalah terjemahan Facebook yang menyebabkan penangkapan palsu, pembuatan stiker AI WhatsApp yang menghasilkan gambar bias ketika diberikan perintah tertentu, dan algoritma Instagram yang membantu orang menemukan materi pelecehan seksual terhadap anak.
Langkah serupa yang diambil oleh Microsoft awal tahun ini dilakukan ketika pemerintah di seluruh dunia berupaya menciptakan lebih banyak kerangka peraturan untuk pengembangan kecerdasan buatan.
Pemerintah AS menandatangani perjanjian dengan industri AI dan Presiden Biden kemudian memerintahkan lembaga pemerintah untuk mengembangkan peraturan keselamatan AI.
Sementara itu, Uni Eropa telah menerbitkan standar AI dan berupaya keras untuk mengesahkan undang-undang AI. (Afaani Fajrianti)