Bisnis.com, JAKARTA – Hamas melancarkan serangkaian serangan roket dan berhasil melewati pertahanan Iron Dome milik Israel selatan pada Minggu (8/10/2023).
Serangan Hamas terhadap Israel merupakan serangan paling mematikan di wilayahnya dalam setengah abad, dengan korban mencapai lebih dari 1.000 jiwa. Seluruh mata tertuju pada Iron Dome.
Iron Dome merupakan sistem pertahanan darat ke udara yang terdiri dari radar dan roket pencegat yang mampu melacak dan menetralisir setiap roket yang ditembakkan ke sasaran di Israel.
Senjata ini sangat berguna dalam pertahanan terhadap roket, artileri dan mortir, serta pesawat terbang, helikopter dan kendaraan udara tak berawak (UAV).
Dome tersebut memiliki jangkauan hampir 70 km dan memiliki tiga elemen penting: radar pendeteksi dan pelacakan, sistem manajemen tempur dan kendali senjata, serta peluncur roket yang dilengkapi dengan 20 roket Tamir.
Tentu saja roket ini dapat menangani beberapa serangan roket dan memiliki tingkat keberhasilan 90 persen. Namun, dalam serangan terbaru pemberontak Hamas, Iron Dome berhasil dikalahkan oleh 3.000 roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza.
Berdasarkan laporan Times of Israel bahwa sistem pertahanan mengalami kesalahan teknis selama salah satu serangan, yang mengakibatkan roket tidak dapat dicegat sebelum mendarat di daerah berpenduduk.
Ketika serangan terjadi saat fajar, pasukan Israel mendapati diri mereka benar-benar lengah meskipun mereka memiliki kekuatan teknologi dan pengalaman dalam menangani serangan.
Kegagalan tersebut memperburuk keadaan, memperlihatkan kelemahan dalam perlindungan negara terhadap serangan-serangan tersebut.
Baca Juga UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina: Volodymyr Zelenskyy Minta Israel Kirim Iron Dome ke Ukraina |
---|
Meskipun Angkatan Udara Israel dengan cepat menyelesaikan masalah ini, pemerintah tetap menderita. Hal ini telah menyebabkan kematian ratusan warga sipil dalam serangan, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai kemampuan Israel secara keseluruhan untuk mempertahankan diri dari serangan roket.
Iron Dome pernah menghadapi insiden serupa di masa lalu, seperti pada konflik Israel-Palestina tahun 2021, ketika serangan roket ke Ashkelon tidak dapat dicegah dan dua wanita terbunuh.
Menurut laporan dari para menteri Israel mengatakan bahwa militer harus bertanggung jawab atas kegagalan intelijen, sementara beberapa ahli mengatakan Israel terlalu sibuk memerangi Iran dan mengabaikan wilayahnya.
"Semua warga Israel ingin tahu bagaimana kegagalan ini bisa terjadi? Mengapa kepala staf dan direktur intelijen tidak hadir saat ini?" di sini? Kami memerlukan informasi lebih lanjut," kata Menteri Sains dan Teknologi Israel Ofir Akunis.
Selain itu, laporan lain dari Jerusalem Post mengatakan bahwa persepsi bahwa Hamas terisolasi, kekurangan dana, dan takut akan respons Israel telah memberikan rasa aman yang salah kepada masyarakat.
Maka demikian, serangan terbaru yang dilancarkan Hamas membangkitkan kenangan menyakitkan akan perang Oktober 1973, hampir 50 tahun lalu. Saat itulah Israel dikejutkan dengan serangan Yom Kippur yang dilakukan koalisi negara-negara Arab termasuk Mesir dan Suriah. Perang berlangsung selama 18 hari hingga gencatan senjata diumumkan.
Dalam serangan ini, sekitar 2.200 orang terluka akibat roket Hamas. Ketidakstabilan di perbatasan utara Israel juga berisiko menarik Hizbullah, musuh bebuyutan Israel, yang didukung oleh Iran dan diperkirakan memiliki puluhan ribu roket. (Afaani Fajrianti)