Bisnis.com, JAKARTA - Layanan internet satelit orbit rendah Starlink milik Elon Musk mencetak pendapatan sebesar US$1,4 miliar atau RpRp21,51 triliun pada 2022 atau naik 536 persen year on year/YoY. Nilai tersebut masih tak sesuai dengan janji Elon Musk pada 2015 ke investor.
The Wall Street Journal melaporkan meski meningkat secara signifikan dari tahun sebelumnya, masih jauh dari proyeksi CEO miliarder Elon Musk saat presentasi kepada investor pada 2015.
Pada 2015, elon musk menyebut Starlink akan memperoleh laba operasional sebesar US$7 miliar pada 2022 dan akan menghasilkan pendapatan hampir US$12 miliar
Laporan menunjukkan bahwa Starlink juga lebih lambat dalam mendaftarkan pelanggan dibandingkan perkiraan Musk, dengan mendaftarkan sekitar satu juta pelanggan aktif pada akhir 2022, penurunan tajam dari 20 juta pelanggan yang diharapkan Musk, menurut laporan yang diterima The Wall Street Journal tersebut.
Dilansir dari Gizmodo, Sabut (16/9/2023) kredibilitas Starlink juga sempat dipertanyakan oleh Komisi Komunikasi Federal (FCC) tahun lalu setelah Starlink mendapatkan dana hibah sebesar US$885,5 juta.
FCC kemudian membatalkan keputusannya, mengklaim bahwa Starlink “gagal memenuhi persyaratan program” dalam memberikan internet cepat.
“Setelah tinjauan hukum, teknis, dan kebijakan yang cermat, kami menolak permohonan ini. Konsumen berhak mendapatkan broadband berkecepatan tinggi yang andal dan terjangkau,” kata Ketua FCC Jessica Rosenworcel.
Jessica juga mengatakan dana layanan universal yang langka ini harus digunakan sebaik mungkin mengingat masa depat digital menuntut jaringan yang lebih kuat dan lebih cepat.
“Kita tidak dapat memberikan subsidi kepada usaha yang tidak memberikan kecepatan yang dijanjikan atau tidak memenuhi persyaratan program,” kata Jessica.
Sementara itu dalam 3 bulan pertama 2023, SpaceX melaporkan telah menghasilkan laba US$55 juta dan pendapatan $1,5 miliar, menandai laba pertamanya setelah dua tahun mengalami kerugian finansial.
Starlink milik SpaceX sendiri rencananya masuk ke Indonesia pada 2024. Mereka akan langsung memberikan layanan langsung ke masyarakat Indonesia. Ada pro-kontra dibalik rencananya tersebut.