China Perluas Larangan Penggunaan iPhone, Apple Rugi Rp3.060 T dalam 2 Hari

Redaksi
Jumat, 8 September 2023 | 20:17 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan di luar kawasan perdagangan bebas dan logistik Waigaoqiao China (Shanghai) Pilot Free Trade Zone di Shanghai, China, Selasa (22/10/2013)./Bloomberg-Tomohiro Ohsumi
Bendera AS dan China berkibar berdampingan di luar kawasan perdagangan bebas dan logistik Waigaoqiao China (Shanghai) Pilot Free Trade Zone di Shanghai, China, Selasa (22/10/2013)./Bloomberg-Tomohiro Ohsumi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pembatasan pemerintah Xi Jinping terhadap penggunaan iPhone, ponsel milik Apple, oleh pegawai pemerintah pusat meluas ke pemerintah daerah dan perusahaan milik negara China

Dikutip dari Reuters, Jumat (8/9/2023) Pemerintah China dalam beberapa pekan terakhir telah memperluas pembatasan penggunaan iPhone oleh pegawai negeri, dan meminta staf di beberapa lembaga pemerintah pusat untuk berhenti menggunakan iPhone di tempat kerja. 

Imbas dari kebijakan tersebut, saham Apple anjlok lebih dari 6 persen atau hampir senilai US$200 miliar (Rp3.060 triliun) selama dua hari terakhir. Hal itu karena China adalah pasar terbesar ketiga bagi raksasa teknologi Apple, menyumbang 18 persen dari total pendapatan pada 2022. 

Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah China  terkait laporan tersebut. Ketua Panel DPR Perwakilan Amerika Serikat Mike Gallagher mengatakan larangan yang lebih luas ini tidak mengejutkan dan menyoroti upaya guna membatasi akses pasar perusahaan barat ke China.

“Ini adalah perilaku Partai Komunis China yang biasa mempromosikan juara nasional RRT (Republik Rakyat Tiongkok) di bidang telekomunikasi,dan secara perlahan menekan akses pasar perusahaan-perusahaan barat,” kata Mike Gallagher, seorang anggota Partai Republik kepada Reuters, dikutip dari nypost.com. 

Ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat meningkat dalam beberapa bulan terakhir, saat Washington mencoba membatasi akses China terhadap teknologi-teknologi utama termasuk chip-chip mutakhir, dan Beijing berupaya mengurangi ketergantungannya pada teknologi Amerika. 

Kepala Keuangan dan Pasar di Hargreaves Lansdown Susannah Streeter mengungkapkan para pesaing telah menutup kesenjangan dalam penjualan ponsel pintar kelas atas dan jika situasinya membaik, hal itu dapat memberikan peluang lebih besar bagi para pesaingnya untuk mengambil alih tahta dari Apple. 

Sebagai informasi, pada pekan lalu, Huawei dari Tiongkok luncurkan ponsel pintar Mate 60 Pro barunya, yang ditenagai oleh chip canggih yang dibuat oleh pembuat chip kontrak China SMIC  dan menandai terobosan bagi keduanya yang terkena sanksi Amerika Serikat. 

Selain itu, sanksi tersebut memutus akses Huawei terhadap alat pembuat chip yang penting untuk produksi model ponsel tercanggih, sehingga merugikan bisnis perusahaan dan memungkinkan Apple mengambil  pangsa pasar dari pemimpin nasional China tersebut. (Afaani Fajrianti)

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Redaksi
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper