Bisnis.com, JAKARTA - Ericsson, perusahaan telekomunikasi dan jaringan multinasional asal Swedia, mengungkapkan bahwa 5G dapat membantu perusahaan untuk berjalan lebih efisien dan lebih ramah lingkungan, sejalan dengan karakteristik dari teknologi terbaru itu.
President of Ericsson Indonesia Jerry Soper mengatakan teknologi digital termasuk 5G akan menjadi aspek yang sangat penting untuk mengurangi separuh emisi karbon di setiap dekade hingga 2050 dalam memenuhi target pemanasan global yang tidak melebihi 1,5 derajat Celcius.
Jaringan broadband seluler dan digitalisasi tidak hanya akan membantu mentransformasi industri, tetapi juga mengurangi dampak iklim. Industri telekomunikasi bertanggung jawab atas 1,4% emisi global tetapi memiliki potensi untuk mengurangi 15% emisi global di sektor-sektor seperti transportasi dan manufaktur.
“5G memungkinkan pengurangan emisi karbon 10x lebih banyak melalui transformasi industri dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan oleh sektor ICT itu sendiri,” kata Jerry kepada Bisnis, Jumat (18/8/2023).
Jerry juga mengatakan bahwa base terpasang di Ericsson telah siap untuk 5G, kehadiran generasi seluler berikutnya memberikan Ericsson kesempatan untuk mengurangi jejak iklim dari jaringan seluler.
Penghematan dapat dicapai dengan mempersiapkan jaringan dengan solusi teknologi terbaru, mengaktifkan perangkat lunak hemat energi, membangun 5G dengan presisi, dan mengoperasikan infrastruktur lokasi (site infrastructure) secara cerdas.
Dia juga mengatakan untuk membatasi kenaikan suhu global yang tidak melebihi 1,5°C di atas tingkat pra-industri pada 2040, seluruh pemangku kepentingan harus melakukan transformasi dalam aspek energi.
Hal ini akan membutuhkan investasi secara masif dalam energi hijau, yang didukung oleh model bisnis yang lebih cerdas dan lebih terhubung.
Dari sisi lingkungan, digitalisasi memiliki potensi untuk mengurangi emisi karbon global hingga 15% pada tahun 2030. Global e-Sustainability Initiative memperkirakan bahwa 11 dari 17 target SDG dapat dipengaruhi secara langsung oleh teknologi digital.
“Kini, kami dapat memodernisasi site 4G lama dengan 5G yang mencapai peningkatan kapasitas sebesar 10 kali lipat dan penghematan energi lebih dari 30 persen,” kata Jerry.
Sebelumnya, Berdasarkan laman IQ Air, Kamis (17/8/2023), tingkat polusi udara di Jakarta dari pantauan pukul 08.00 WIB dipastikan tidak sehat dengan indeks kualitas udara 155 AQI US dan ukuran polutan utama PM2,5.
Pada skala global, kualitas polusi udara di Jakarta hanya kalah dari Kuwait yang mencapai 158 AQI US dan di atas Dubai dengan indeks 153 AQI US. Negara tetangga, Malaysia berada di posisi kelima dengan indeks 142 AQI US.
Polusi udara yang parah masih terus menjadi momok, terutama di Jakarta. Tak hanya bisa membahayakan pernapasan, tapi juga bisa menimbulkan penyakit lainnya.
Mengutip Medical News Today, polusi udara adalah salah satu faktor risiko terbesar yang menimbulkan berbagai penyakit di samping tekanan darah tinggi, merokok, dan kadar glukosa darah yang tinggi.