Bisnis.com, JAKARTA - Pendanaan startup atau usaha rintisan di kawasan Asia Tenggara tercatat turun 56 persen pada semester I/2023.
Deal Street Asia dalam laporannya menyebut, startup di wilayah ini mendapatkan 403 kesepakatan pendanaan ekuitas dengan total hasil US$4,2 miliar pada semester I/2023.
“Ini menandai penurunan berturut-turut 30 persen dan 56 persen dari tahun ke tahun,” tulis laporan itu, dikutip Jumat (21/7/2023).
Nilai dan volume transaksi dari tahun ke tahun selama periode April-Juni 2023 mengalami penurunan, meski sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya.
Menurut laporan bertajuk "SE Asia Deal Review: Q2 2023", perusahaan di Asia Tenggara membukukan 208 kesepakatan pendanaan ekuitas di kuartal II/2023, mengumpulkan US$2,13 miliar atau turun 58,6 persen secara tahunan. Angka tersebut gagal mengangkat kinerja keseluruhan pada paruh pertama 2023.
Ada kekhawatiran pengurangan volume pendanaan awal, yang memainkan peran penting dalam membantu startup. “Paruh pertama tahun ini mengungkapkan penurunan 43 persen yang mengkhawatirkan dalam kesepakatan semacam itu,” tulis laporan ini.
Nilai median putaran awal juga mengalami penurunan, menunjukkan bahwa pendanaan tahap awal tak lagi terlindungi dari efek krisis likuiditas global yang tengah berlangsung.
Salah satu pendiri dan mitra pengelola Monk’s Hill Ventures Kuo-Yi Lim memperkirakan, masih ada lebih banyak koreksi ke depannya.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Beacon VC Thanapong na Ranong menyebut korekai akan bertahan dalam beberapa kuartal berikutnya. Selain itu, sebagian besar perusahaan swasta pada akhirnya akan mengalami kelipatan pasar publik.
“Investor sangat berhati-hati dalam mengevaluasi investasi tertentu dan [sedang] memperpanjang waktu pengambilan keputusan untuk mencapai kesimpulan. Keterlambatan dalam proses pengambilan keputusan ini mungkin mengorbankan kelangsungan hidup banyak startup selama periode penggalangan dana,” katanya.
Sementara itu, Indonesia tengah menghadapi penurunan volume kesepakatan yang konsisten selama empat kuartal terakhir. Di kuartal II/2023, Indonesia mencatat volume transaksi kuartalan terendah sejak kuartal IV/2020.
Sebelumnya, Indonesia disalip Thailand dalam nilai kesepakatan selama kuartal I/2023, Indonesia kembali disalip oleh Vietnam pada kuartal II/2023.
Sementara itu, Vietnam mengalami kebangkitan yang signifikan dalam volume kesepakatan setelah turun selama enam kuartal, sedangkan Thailand mengalami penurunan yang signifikan dalam aktivitas pendanaan, dengan pendanaan anjlok menjadi hanya US$39 juta pada kuartal II/2023 dibandingkan US$529 juta pada kuartal IV/2022 dan US$413 juta pada periode yang sama tahun lalu.