Wamen BUMN Sebut Indonesia Butuh Lebih Banyak White Hacker

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 11 Juli 2023 | 10:32 WIB
Hacker/mirror.co.uk
Hacker/mirror.co.uk
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Maraknya kasus dugaan kebocoran data di Tanah Air menjadi alarm bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak talenta digital yang peka terhadap keamanan data untuk kemudian menjadi peretas topi putih atau white hacker

Dalam acara Digiland 2023 Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan serangan siber yang terjadi pada industri perbankan beberapa waktu lalu menjadi pembelajaran bahwa Indonesia butuh lebih banyak talenta dengan kemampuan keamanan digital. 

Dia mengatakan peluang generasi muda untuk menjadi security officer atau white hacker, yang menguji keamanan data di sebuah perusahaan, sangat besar.  

“Saat ini yang kita masih merekrut dari orang-orang eropa untuk melakukan test, karena tidak ada white hacker Indonesia yang secanggih mereka,” kata lelaki yang akrab disapa Tiko, dikutip (11/7/2023). 

Dilansir dari TechTarget, White Hacker disebut juga sebagai peretas topi putih yaitu, individu yang menggunakan keterampilan peretasan untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan di perangkat keras, perangkat lunak, atau jaringan.

Istilah-istilah white hacker berasal dari film-film Barat lawas. Pada saat itu para pahlawan diidentifikasi sering memakai topi putih dan orang jahat memakai topi hitam.

Namun, tidak seperti peretas topi hitam (black hacker) atau peretas jahat -- white hacker menghormati aturan hukum yang berlaku untuk peretasan. Banyak peretas topi putih adalah mantan peretas topi hitam. 

Peretas topi putih hanya mencari kerentanan atau eksploitasi jika mereka diizinkan secara hukum untuk melakukannya. 

Peretas topi putih dapat melakukan penelitian mereka pada perangkat lunak sumber terbuka, serta pada perangkat lunak atau sistem yang mereka miliki atau yang telah diizinkan untuk diselidiki, termasuk produk dan layanan yang mengoperasikan program karunia bug. 

Peretas topi putih sepenuhnya mengungkapkan semua kerentanan yang mereka temukan kepada perusahaan atau pemilik produk yang bertanggung jawab untuk memperbaiki kelemahan sehingga masalah dapat diselesaikan sebelum dieksploitasi oleh peretas jahat.

Belum diketahui jumlah white hacker di Indonesia, pun dengan jumlah yang dibutuhkan. 

Sementara itu, serangan siber yang bertujuan untuk memeras hingga eksploitasi data masyarakat sendiri saat ini terus membanjiri sejumlah instansi di Indonesia. 

Data Indonesia, sebuah portal yang fokus pada penyajian data, melaporkan bahwa selama periode 1 Januari - 6 Juli 2023 diduga telah terjadi kebocoran data dengan total data yang bocor mencapai 89 juta data.

Secara rinci dugaan kebocoran data tersebut terjadi di BPJS Ketenagakerjaan 19,56 juta data (12 Maret 2023), BSI (8 Mei 2023), MyIndiHome 35 juta data (27 Juni 2023) dan Kemenkumham 34,9 juta data paspor (5 Juli 2023). 

Adapun Kemenkominfo menyebut terdapat 35 kasus kebocoran data di Indonesia sejak Januari-Juni 2023. Jumlah itu melampaui banyaknya kasus kebocoran data yang terjadi setiap tahun sejak 2019 hingga 2021.

Adapun sejumlah instansi telah membantah bahwa data mereka bocor. Beberapa instansi yang disebutkan di atas memastikan bahwa terus menjaga data para penggunanya dengan sistem keamanan yang mumpuni.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper