Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk memperbarui peraturan tentang pembatasan ekspor cip ke China dengan dalih kekhawatiran berkembangnya senjata otonom.
Dilansir dari CNBC Internasional, Kamis (29/6/2023), pembatasan ekspor tersebut termasuk penjualan tanpa lisensi.
“Jika sisi demokratis tidak memimpin dan otoriter maju dalam teknologi, kami membahayakan seluruh demokrasi dan hak asasi manusia,” kata mantan duta besar AS untuk Dewan HAM PBB Eileen Donahoe, yang saat ini menjadi direktur eksekutif Inkubator Kebijakan Digital Global Universitas Stanford.
Para eksekutif AS telah memperingati pemerintah terkait hal ini. Produksi AI tanpa batasan yang jelas dapat dimanfaatkan untuk peluang kejahatan, model AI mungkin digunakan untuk membuat propaganda yang menghasut masa, bahkan juga pengembangan senjata otonom.
Persaingan China dan AS dalam teknologi perangkat lunak dan keras telah meningkat pada beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, para eksekutif AS mengidentifikasi ancaman keamanan dunia maya yang didukung China sebagai salah satu ancaman keamanan nasional tingkat tinggi.
Pembatasan ekspor ini mungkin membuat hubungan kedua negara kian menegang.
Di samping itu, sejumlah perusahaan cip seperti Nvidia, ADM, Marvell, dan Broadcom mengalami penurunan nilai saham seiring laporan The Wall Street Journal terkait pertimbangan pemerintah federal Amerika Serikat (AS) untuk membatasi ekspor cip ke China.
Nvidia sebelumnya telah menanggapi rencana pembatasan ekspor cip ke China dengan merancang cip berspesifikasi lebih rendah untuk pasar China.
Namun di bawah peraturan baru yang sedang dipertimbangkan itu, cip A800, versi cip populer A100 yang menyesuaikan parameter Departemen Perdagangan AS, bahkan tidak bisa dipasarkan ke China.
Dikabarkan, pembatasan juga akan berlaku untuk perusahaan yang menawarkan solusi komputasi berbasis Cloud yang telah dimanfaatkan sejumlah perusahaan untuk menghindari kontrol ekspor.