Bahaya, Ahli Teknologi Sebut AI Bisa Memunahkan Umat Manusia

Taufan Bara Mukti
Sabtu, 3 Juni 2023 | 17:02 WIB
Ilustrasi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI)/MarkTechPost.
Ilustrasi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI)/MarkTechPost.
Bagikan

Bisnis.com, SOLO - Pro dan kontra terkait perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi hal yang gencar dibicarakan di luar negeri.

Terbaru, para peneliti dan ahli teknologi yang tergabung dalam organisasi Center for AI Safety merilis pernyataan tentang kemajuan penemuan mutakhir ini.

Center for AI Safety menyebut ada risiko manusia punah karena teknologi ini. Bahkan, mereka menyebut efeknya bisa separah pandemi dan perang nuklir.

"Mengurangi risiko kepunahan karena AI harus menjadi prioritas global bersama dengan risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir," bunyi pernyataan Center for AI Safety, Selasa (30/5/2023).

Organisasi Center for AI Safety tak diisi oleh orang sembarangan. Anggota organisasi nonprofit ini terdiri dari 350 eksekutif, peneliti, dan teknisi yang bekerja dalam industri AI.

Organisasi itu juga didukung CEO Google DeepMind Demis Asabis, CEO Open AI Sam Altman, dan CEO Anthropic Dario Amodei.

Ada pula Geoffrey Hinton dan Yoshua Bengio, dua peneliti yang meraih Turing Awards karena kinerja mereka di jaringan saraf serta kerap disebut sebagai "Godfather" di teknologi AI.

Pernyataan Center for AI Safety itu dibuat karena kekhawatiran yang terus berkembang terkait bahaya yang ditimbulkan karena AI.

Misalnya, kepopuleran ChatGPT dan chatbot lainnya menimbulkan kekhawatiran teknologi ini akan digunakan untuk menyebarkan berita yang salah atau sebagai sarana propaganda.

Beberapa peneliti juga percaya AI akan berkembang pesat hingga menciptakan gangguan sosial dalam beberapa tahun ke depan jika tak ada sesuatu yang dilakukan untuk memperlambatnya.

Dan Hendrycks, Direktur Eksekutif Center for AI Safety, mengatakan bahwa bahaya AI tak hanya dikhawatirkan oleh segelintir orang yang merasa pekerjaan atau nasibnya akan terganggu.

"Ada kesalahpahaman yang umum terjadi, terutama di komunitas AI, bahwa hanya beberapa kelompok yang akan terkena imbasnya. Tapi faktanya, banyak orang yang secara pribadi merasa khawatir dengan hal ini," ucap Dan Hendrycks dilansir dari New York Times.

Memang, perkembangan AI membuat pendapat peneliti dan masyarakat umum terpecah. Ada yang skeptis dengan menyebut teknologi AI masih terlalu dini untuk menjadi ancaman.

Namun, ada pula yang berargumen bahwa AI terus berkembang pesat dan akan melewati level manusia dalam waktu dekat.

Kekhawatiran soal AI bahkan dikeluhkan oleh Sam Altman, CEO OpenAI yang mengembangkan chatbot ChatGPT.

Sam Altman meminta ada regulasi yang jelas mengatur tentang pengembangan dan penggunaan teknologi AI.

Hal itu menurutnya penting untuk memastikan AI tidak disalahgunakan dan melebihi batas kemampuan manusia pada masa mendatang.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper