Merah Putih Fund Susun Pipeline Startup yang Bakal Diguyur Rp4,5 Triliun

Khadijah Shahnaz Fitra
Senin, 16 Januari 2023 | 15:40 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Merah Putih Fund, lembaga pendanaan modal ventura bentukan BUMN, mulai menyusun pipeline startup yang akan menjadi sasaran investasi suntikan dana senilai total US$300 juta atau sekitar Rp4,5 triliun.

Ketua PMO Merah Putih Fund (MPF) Eddi Danusaputro mengatakan nantinya, dana kelola ini akan menyasar startup dalam tahap pengembangan atau late stages startup. Artinya startup yang saat ini sedang mencari pendanaan seri C dan D.

"[Saat ini] sudah mulai bikin pipeline calon investees," jelasnya, Senin (16/1/2023).

Eddi yang juga menjabat sebagai CEO BNI Ventures tersebut juga mengatakan MPF juga masih dalam proses pengumpulan dana kelola atau asset under management (AUM).

Sebelumnya, AUM milik modal ventura plat merah tersebut mencapai US$300 juta atau senilai Rp4,5 triliun (kurs: Rp 15.241). Artinya satu startup bisa mendapatkan dana senilai US$20 juta (Rp304 miliar) sampai US$25 juta (Rp381 miliar).

"Untuk MPF masih proses pengumpulan dana kelola," ujar Eddi.

Adapun, ketika ditanya terkait sektor mana yang menjadi incaran dana kelola tersebut, Eddi enggan memberikan komentar lebih lanjut.

Sekadar informasi, Merah Putih Fund merupakan dana yang dikelola dan dihimpun oleh lima kapital ventura milik BUMN yaitu Mandiri Capital, BRI Venture, MDI Venture, Telkomsel Mitra Inovasi dan BNI Ventures.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Selasa (27/9/2022), Eddi menyebut ada beberapa kriteria umum startup yang akan dilirik oleh Merah Putih Fund. Pertama, founders harus warga negara Indonesia. Kedua, perusahaan harus berdiri dan beroperasi di Indonesia.

"Harus bayar pajak dan menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia," tegasnya

Ketiga, harus memiliki roadmap ataupun rencana exit di Indonesia. Exit strategy bukan hanya melantai di bursa, tapi bisa jadi merger and acquisition yang dilakukan di Indonesia.

"Keempat, ini masih bentuk range. Kita enggak kaku tapi harus ada patokan. Pre-money valuation-nya harus di kisaran US$200 juta atau growth stage, karena kita mengelola uang BUMN, sehingga early stage itu terlalu risky buat kita," tambahnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper