Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan keamanan siber asal Belanda, Surfshark melaporkan ada sekitar 5,34 miliar akun mengalami kebocoran data secara global sepanjang 2022.
Dilansir dari dataindonesia.id, Kamis (5/1/2022) dari jumlah tersebut, kasus kebocoran data paling banyak terjadi di Rusia yang mencapai 103,49 juta akun sepanjang 2022.
Posisi kedua ditempati oleh China dengan 33,88 juta akun yang dilaporkan mengalami kebocoran data. Kemudian, ada 22,37 juta akun yang mengalami kebocoran data di Amerika Serikat.
Sebanyak 19,77 juta akun juga mengalami kebocoran data di Prancis. Indonesia berada di posisi kelima dengan 14,66 juta akun yang datanya bocor.
Adapun, Saint-Barthélemy menjadi negara dengan kasus kebocoran data paling sedikit. Pasalnya, hanya 439 akun di negara yang terletak di Amerika Utara itu mengalami kebocoran data pada tahun lalu.
Lebih lanjut, ada 15,5 miliar akun yang mengalami kebocoran data sejak 2004-2022. Dari jumlah itu, data dari 5,4 miliar akun memiliki alamat surel yang unik.
Amerika Serikat menjadi negara yang paling banyak mengalami kebocoran data, sebagaimana dialami 2,46 miliar akun dalam 18 tahun terakhir. Sebanyak 2,2 miliar akun juga mengalami kebocoran data di Rusia dalam periode yang sama.
Adapun, berdasarkan data dari Statista, kerugian akibat kejahatan siber di seluruh dunia dapat mencapai US$8,44 triliun atau sekitar Rp129.643 triliun (kurs Rp15.361/US$) pada 2022.
Angka ini pun naik menjadi 40,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$5,99 triliun.