Bisnis.com, MAUMERE - Penetrasi layanan internet seluler atau mobile diyakini akan kian meninggi seiring akselerasi pembangunan infrastruktur telekomunikasi, termasuk di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Kendati begitu, penetrasi internet melalui jaringan kabel yang memanfaatkan fiber optik atau fixed broadband dinilai masih terbilang rendah.
Muhammad Arif, Ketua Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), mengatakan penetrasi layanan internet seluler di Tanah Air sudah terbilang tinggi. Namun, kondisi berbeda masih terjadi pada layanan internet berbasis fixed broadband.
Berdasarkan data yang dikumpulkan APJII, jelasnya, penetrasi fixed broadband belum mencapai 15 persen.
“Angka penetrasi [internet] sudah sangat tinggi sekali di atas 95 persen. Namun, kalau fixed broadband masih jauh di bawah,” ungkapnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Menurutnya, penetrasi internet seluler juga didukung dengan intervensi pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
“Itu ke depan diharapkan ketika selesai akan mampu meningkatkan penetrasi 4G ke area-area yang tidak terjangkau,” ungkapnya.
Terpisah, Pemerintah Kabupaten Sikka berharap Bakti Kominfo mempercepat perluasan infrastruktur jaringan telekomunikasi.
Percepatan pembangunan tersebut diyakini dapat membantu masyarakat di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam upaya menghadapi krisis global.
“Harapan saya kepada Kominfo, melalui Bakti, untuk mempercepat perluasan jaringan karena peranan digitalisasi ini sangat penting,” ujar Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo saat ditemui tim Jelajah Sinyal, Jumat (4/11/2022).
Layanan internet, jelas dia, akan membantu masyarakat untuk mengembangkan produktivitas di berbagai sektor, termasuk dalam peningkatan pemasaran produk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Apalagi, kata Fransiskus, Indonesia merupakan negara dengan potensi dan sumber daya yang sangat besar. Kondisi itu dinilai menjadi modal dasar bagi Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis global, khususnya krisis pangan dan energi.
“Bakti kerja harus lebih besar. Harapan saya juga agar DPR RI mendukung juga kerja Bakti. Alokasi anggaran yang cukup untuk Indonesia maju,” jelasnya.
Terpisah, Kensius Didimus, Staf Ahli Bupati Sikka, menjelaskan bahwa saat ini masih ada sembilan Kecamatan dan 22 desa yang tergolong area tanpa sinyal atau blankspot.
Namun, jelasnya, Kominfo sejak 2020 telah melakukan program percepatan pembangunan menara telekomunikasi dengan dukungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika untuk area non-3T serta melalui Bakti Kominfo untuk wilayah 3T.
“Saat ini sudah ada 153 tower terbangun. Beroperasi sebanyak 148 tower dan 5 tower belum beroperasi,” ujar mantan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sikka ini.
Kensius menambahkan pada tahun ini ada pembangunan tower di 12 kecamatan dan 33 desa. Dia berharap pada tahun depan pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut bisa meminimalkan area tanpa sinyal di Kabupaten Sikka.