Era 5G Makin Dekat, Survei Populix: 92 Persen Masyarakat Siap Beralih

Rahmi Yati
Jumat, 12 Agustus 2022 | 15:56 WIB
Warga menggunakan smartphone berjalan melewati papan Taman 5G di markas Huawei Technologies Co. di Shenzhen, China, Rabu(22/5/2020).Bloomberg/Qilai Shen
Warga menggunakan smartphone berjalan melewati papan Taman 5G di markas Huawei Technologies Co. di Shenzhen, China, Rabu(22/5/2020).Bloomberg/Qilai Shen
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Survei yang dilakukan Populix terhadap 1.000 responden pada 4-14 Juli 2022 menunjukkan bahwa 92 persen masyarakat sudah memiliki rencana untuk meningkatkan jaringannya ke 5G.

Co-Founder dan CTO Populix Jonathan Benhi mengatakan tingginya minat masyarakat ini mendorong operator seluler dan perusahaan ponsel untuk memberikan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat ke depannya.

"Teknologi 5G menawarkan berbagai keunggulan mulai dari kecepatan jaringan, latensi yang lebih rendah hingga kemampuan untuk terhubung dengan perangkat yang lebih banyak," ujarnya, Jumat (12/8/2022).

Jonathan menyebut, di tengah maraknya perkembangan jaringan 5G di Indonesia, 79 persen orang yang disurvei mengatakan sudah mengetahui tentang jaringan 5G. Tetapi, 12 persen responden lainnya mengatakan ragu-ragu dan 9 persen mengatakan tidak mengetahui seputar jaringan generasi kelima ini. 

Di kalangan orang-orang yang sudah mengetahui tentang 5G, sambung dia, koneksi internet yang cepat dan kapasitas internet yang lebih besar jadi dua keunggulan 5G yang paling dikenal. 

"Dua alasan utama ini juga yang mendorong 92 persen orang ini mempertimbangkan untuk berpindah menggunakan jaringan 5G di masa depan," sebut Jonathan.

Dia melanjutkan, untuk menggunakan jaringan 5G ini, masyarakat bahkan berencana membeli ponsel yang mendukung teknologi generasi kelima itu seperti Samsung (59 persen), iPhone (41 persen), dan Oppo (22 persen).

Akan tetapi, imbuh Jonathan, di tengah antusiasme masyarakat mengenai jaringan 5G, sebanyak 8 persen masyarakat mengatakan tidak mau menggunakan jaringan 5G karena beberapa alasan.

Ada sejumlah alasan yang dikemukakan antara lain akses internet yang masih terbatas (53 persen), biaya yang lebih mahal (39 persen), belum familiar dengan teknologinya (36 persen), dan khawatir dengan radiasi yang berbahaya bagi kesehatan (17 persen).

"Untuk itu penting adanya sinergi dari pemerintah, penyedia layanan, hingga lembaga-lembaga masyarakat untuk melakukan sosialisasi seputar jaringan 5G agar masyarakat teredukasi dengan lebih baik," tutup dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper