Top 5 News Bisnisindonesia.id: Dari Gelombang PHK Startup hingga Promosi Papua

M. Syahran W. Lubis
Sabtu, 28 Mei 2022 | 14:15 WIB
Ilustrasi krisis pangan./FAO
Ilustrasi krisis pangan./FAO
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Gelombang PHK yang mengguncang sejumlah perusahaan startup semestinya menjadi alarm bagi perusahan teknologi lainnya yang menerapkan cara berbisnis yang sama. Berita itu menjadi salah satu dari lima berita pilihan Bisnisindonesia.id.

Selain itu, terdapat informasi mengenai wacana untuk menerapkan skema subsidi BBM secara tertutup kembali mencuat, pilihan sulit China terkait dengan Covid-19, proteksionisme memperparah krisis pangan global, dan upaya mempromosikan Papua ke dunia internasional.

Selain itu, terdapat beragam kabar yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji di meja redaksi Bisnisindonesia.id.

Berikut ini adalah intisari dari setiap berita pilihan:

1. Mencegah Gelombang PHK Meluluhlantakkan Startup

Fenomena gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengguncang sejumlah perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air semestinya menjadi alarm bagi perusahan teknologi lainnya yang menerapkan cara berbisnis yang sama.

Persoalan pendanaan, tidak fokus dalam berbisnis, hingga tidak memiliki strategi yang baik untuk berkembang di pasar, dinilai menjadi sejumlah pemicu banyaknya perusahaan rintisan yang melakukan PHK bahkan terpaksa gulung tikar.

Belum lama ini dua perusahaan startup, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau LinkAja dan Zenius Education mengumumkan PHK terhadap ratusan karyawannya, disusul platform dagang-el (e-commerce) JD.ID.

2. Keseimbangan Baru Skema Subsidi BBM, Tertutup atau Terbuka?

Wacana untuk menerapkan skema subsidi BBM secara tertutup kembali mencuat, dengan harapan penyalurannya menjadi lebih tepat sasaran.

Bagaimana pun, dengan skema subsidi yang diberikan ke komoditas, tujuan awal adanya subsidi untuk mengurangi beban masyarakat miskin malah tidak tercapai karena masyarakat menengah ke atas juga ikut menikmati subsidi tersebut.

Saat ini pemerintah tengah mempertimbangkan untuk melakukan transformasi skema subsidi dari subsidi terhadap barang atau terbuka menjadi subsidi terhadap orang atau sistem tertutup. Langkah itu diambil untuk mengoptimalkan serapan alokasi tambahan subsidi energi yang sudah dinaikkan menjadi Rp350 triliun pada rencana perubahan APBN 2022.

3. China Harus Memilih, Babat Habis Covid atau Selamatkan Ekonomi

China kini dihadapkan pada pilihan yang tak mudah. Seperti negara-negara lainnya yang pernah disergap wabah Covid-19, China dihadapkan pada pilihan yang tak mudah: membabat habis Covid-19 atau menyelamatkan perekonomian yang terancam.

Hingga Jumat 27 Mei 2022 China masih berkutat dengan infeksi baru Covid-19. Beijing melaporkan 20 infeksi baru Covid-19 yang ditularkan secara lokal selama 15 jam pertama Jumat, menurut pihak berwenang setempat.

Liu Xiaofeng, wakil kepala pusat pencegahan dan pengendalian penyakit kota Beijing, mengatakan pada konferensi pers bahwa kasus tersebut didistribusikan di lima distrik Beijing, dengan 10 di Fengtai, tujuh di Haidian, dan masing-masing satu di Dongcheng, Chaoyang dan Mentougou.

4. Proteksionisme Perparah Krisis Pangan Global

Upaya perekonomian gobal untuk pulih kembali dari pukulan pandemi Covid-19 dan krisis lingkungan semakin berat akibat situasi geopolitik dunia yang memanas dipicu perang Rusia-Ukraina.

Dampak perang terus meluas yang menghambat jalannya roda perekonomian global di berbagai sisi termasuk tersendatnya rantai pasok perdagangan produk dan bahan pangan hingga memicu krisis pangan global yang semakin berat saat ini.

Krisis pangan dunia yang sedang meningkat mempercepat berbagai langkah proteksionis oleh negara-negara yang berusaha mengamakan kepentingannya masing-masing sehingga menambah kekhawatiran keamanan pangan.

5. Promosi Potensi Papua Sampai ke Negeri Jauh

Pemerintah berupaya memperkenalkan beragam potensi ekonomi Papua ke manca negara guna menarik minat investasi global.  

Langkah itu pula yang ditempuh Kementerian Investasi/BKPM saat mempromosikan keindahan Tanah Papua lewat acara Indonesia Night di Davos, Swiss yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Paviliun Indonesia di ajang World Economic Forum (WEF).

“Kenapa Papua? Karena masa depan Indonesia itu di Timur. Masa depan Indonesia termasuk di Papua. Alamnya masih sangat bagus, hutannya bagus. Punya kekayaan tambang, perikanan yang ini kalau kita kelola dengan pendekatan industri hijau dan Energi Baru Terbarukan,” kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.

Indonesia Night adalah kegiatan yang menghadirkan budaya, hiburan, kuliner, serta sebagai sarana untuk menjalin konektivitas dan peluang bisnis di Indonesia.

Selamat membaca!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper