Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai apa yang akan dilakukan Elon Musk usai membeli Twitter masih jadi teka-teki. Terlebih, menurutnya, tren pengguna platform tersebut mulai turun dan banyak ditinggalkan pengguna.
"Diketahui bahwa bisnis digital ini bukan DNA Elon Musk. DNA-nya adalah [bisnis] luar angkasa dengan SpaceX, satelit dan juga mobil listrik, sehingga tidak yakin Twitter akan dipegangnya dalam jangka panjang. Selain itu, Twitter trennya menurun. Banyak orang mulai meninggalkan karena banyak akun palsu atau robot yang tidak diverifikasi oleh Twitter," kata Heru, Senin (9/5/2022).
Menurut dia, saat ini Twitter banyak digunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenarannya atau hoaks dan fitnah. Alhasil, publik mulai malas menggunakan platform tersebut dan lebih memilih Instagram atau Facebook untuk berkomunikasi lantaran bisa diketahui yang menggunakannya robot atau bukan.
Lebih lanjut Heru menyebut, sekarang ini masyarakat juga lebih menyukai platform video pendek seperti TikTok yang secara tidak langsung mengurangi waktu untuk berselancar di Twitter.
"Twitter masa depannya kurang baik atau suram jika perubahan tidak dilakukan. Jangan berpikir soal monetisasi dulu lah, tetapi bagaimana lebih dulu memisahkan akun bodong dan asli. Pengiklan juga akan malas jika iklan dilihat akun palsu atau robot," ucap Heru.
Sebagaimana diketahui, bos Tesla itu baru saja membeli Twitter senilai US$44 miliar. Dia berjanji akan merevitalisasi perusahaan dan menaikkan jumlah pengguna dengan membasmi akun bot spam dan mengurangi moderasi konten agar mendukung kebebasan berbicara.
Elon Musk juga mempunyai sejumlah rencana besar untuk Twitter. Miliarder tersebut berencana meningkatkan jumlah pengguna hingga pendapatan tahunan media sosial tersebut.
Dilansir dari laman Engadget, Senin (9/5/2022), dikatakan bahwa Musk ingin meningkatkan jumlah pengguna bulanan Twitter dari 217 juta pada akhir 2021 jadi hampir 600 juta pada 2025.
Dia bahkan ingin melipat gandakan jumlah pengguna bulanan jadi 931 juta pengguna pada 2028. Jumlah itu lebih dari empat kali lipat pengguna bulanannya dalam enam tahun ke depan.
Musk juga menyebutkan bahwa Twitter akan memiliki layanan berbayar dalam bentuk berlangganan. Dia ingin memiliki 104 juta pelanggan untuk layanan yang namanya masih disamarkan menjadi kode ‘X’.
Sejalan dengan target tersebut, Musk memasang target bahwa pendapatan tahunan (annual revenue) Twitter berada di angka US$26,4 miliar atau sekitar Rp382,7 triliun pada 2028. Target ini lebih tinggi US$5 miliar dibandingkan tahun lalu.