Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios) Bhima Yudhistira menilai saat ini kesempatan yang bagus bagi perusahaan rintisan atau startup di bidang pertanian (agritech) untuk menarik investor dan naik kelas jadi unikorn.
Pasalnya, saat ini terutama sejak memasuki Ramadan dan jelang Lebaran 2022, isu pangan terus jadi perhatian banyak pihak.
"Perkembangan invetasi startup makin menarik dan berkembang. Sekarang semua konsen ke pangan, mungkin ini adalah momentum yang baik juga untuk pendanaan di agritech misalnya. Jadi investasi startupnya akan terus meningkat dan menarik," kata Bhima, Kamis (28/4/2022).
Menurutnya, salah satu yang fenomenal adalah Chickin, startup agritech yang mampu mendapatkan pendanaan US$2,5 juta di akhir 2021. Ini merupakan bukti agritech tidak hanya di bidang pertanian seperti padi dan sayuran, tetapi merambah di business solution sektor peternakan unggas.
Bukan itu saja, dia menyebut agritech di bidang perikanan juga membukukan pertumbuhan yang menarik untuk dicermati sejalan dengan makin maraknya investasi di bidang budidaya pertambakan ikan dan udang.
"Kuncinya ada di pembacaan kebutuhan pasar, tim yang solid, ada inovasi yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah dan realistis dalam menyampaikan target pertumbuhan ke calon investor," imbuh dia.
Sebelumnya, Indonesia dilaporkan punya empat perusahaan rintisan atau startup baru yang berstatus unikorn (unicorn). Selain GoTo dan Bukalapak, kini predikat unikorn diberikan pada Ajaib, Akulaku, Codapay dan Xendit.
Berdasarkan laporan perusahaan modal ventura Cento Ventures, investasi melonjak di sebagian besar sektor pada 2021. Namun yang paling menonjol datang dari sektor finansial, yang menyumbang sekitar 70 persen dari total investasi yang ada.
Dalam laporan itu, dikatakan bahwa Indonesia bersaing dengan Singapura sebagai penerima investasi startup terbesar sepanjang 2021. Pada periode tersebut, nilai investasi startup di Indonesia menghasilkan sekitar US$5.96 miliar atau sekitar Rp85,8 triliun. Sementara Singapura mencatatkan US$4.83 miliar atau sekitar Rp69,6 triliun.