Layanan B2B Lebih Menguntungkan dan Hemat Biaya, Kok Bisa?

Ahmad Thovan Sugandi
Jumat, 4 Maret 2022 | 07:08 WIB
Ilustrasi/Istimewa
Ilustrasi/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Layanan business to business (B2B) dinilai lebih efektif dalam memangkas biaya marketing dan logistik yang relatif banyak dikeluarkan untuk promosi layanan business to consumer atau B2C.

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut bagi startup penyedia layanan produk segar ke konsumen perorangan atau B2C, sistem logistik harus diperkuat untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan bisa meningkatkan valuasi.

"Jika tidak kuat di distribusi dan pangsa pasarnya terbatas, maka pasar B2C akan sangat minim," ujarnya, Kamis (3/3/2022).

Menurut Huda, para startup penyedia produk segar lebih baik fokus untuk melayani entitas bisnis seperti food and beverage dan ritel modern.

Dia menambahkan permintaan dari entitas bisnis lebih besar dan lebih stabil yang didukung dengan biaya distribusi yang lebih rendah. Dengan itu, menurut Huda, perusahaan bisa efisien dan lebih cepat memperoleh keuntungan.

Sebelumnya, perusahaan rintisan TaniHub atau PT Tani Hub Indonesia resmi menghentikan semua layanan B2C sejak 1 Maret 2022.

TaniHub akan fokus menjadi pemasok bagi hotel, restoran, catering dan cafe (Horeca). Lalu juga menyasar modern trade yaitu supermarket, hypermarket, dan pasar swalayan.

Huda mengatakan, dengan fokus ke B2B, TaniHub dapat memangkas masalah di bidang logistik dan pangsa pasar yang lebih pasti.

"Saya melihatnya strategi ini bisa mendatangkan kestabilan terhadap permintaan barang dari TaniHub ke depannya. Hal itu karena konsumen di B2B relatif stabil permintaannya," ujar Huda.

Permintaan yang stabil, dia melanjutkan, akan mendatangkan pertumbuhan dan valuasi yang relatif stabil. Selanjutnya pendanaan dari investor akan berdatangan.

Dia mengatakan, kemungkinan startup lainnya juga akan melihat langkah TaniHub sebagai strategi yang bisa dan layak ditiru. Terlebih perusahaan logistik besar seperti Gojek dan Grab sudah masuk juga ke industri fresh mart.

"Jadi bagi mereka akan sulit bersaing jika harus melayani B2C, apalagi ritel besar juga sudah masuk juga," ujarnya.

Senada, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura menyebut sistem B2B ini lebih sederhana diterapkan dan lebih pasti pangsa pasarnya.

"Kalau B2C biaya promosinya tinggi, dan harus mampu mengubah pola konsumsi masyarakat, tentu jauh lebih sulit dari B2B," ujarnya.

Menurut Tesar, dengan fokus di B2B, para startup tidak lagi dituntut untuk melakukan pengantaran secara cepat ke konsumen dengan volume kecil dan tuntutan harga semurah mungkin.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper