Kecepatan Internet Indonesia Lemot, Kinerja Pemerintah Gagal?

Rahmi Yati
Selasa, 15 Februari 2022 | 15:05 WIB
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Ilustrasi jaringan internet 3G, 4G, dan 5G/freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi kecepatan internet Indonesia menurut data Speedtest Global Index per Desember 2021 berada pada peringkat 115 dari 138 negara. Posisi ini merosot dari tahun sebelumnya.

Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot mengatakan secara perbandingan, Indonesia masih menduduki kelompok terendah bersama sejumlah negara lain yang mayoritas di benua Afrika. 

"Dibandingkan negara-negara Asean, Indonesia masih terpuruk pada peringkat terbawah, bahkan di bawah Laos [86], dan Kamboja [102]," ujarnya, Selasa (15/2/2022).

Namun begitu, menurutnya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang mendapat amanah konstitusi sebagai pembina industri telekomunikasi, sebenernya sudah melakukan banyak upaya untuk mengatasi kondisi tersebut.

Upaya yang dimaksud Sigit adalah hadirnya regulasi berupa Undang-undang (UU) Telekomunikasi, UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan UU Cipta Kerja.

"Namun masih banyak ruang improvement terhadap berbagai kebijakan dan regulasi agar bisa lebih menjaga kesehatan industri, menjamin kualitas layanan baik QoS maupun QoE, fasilitasi dan mengurangi hambatan penggelaran seperti perijinan, beban pungutan regulasi dan lainnya serta meningkatkan kualitas infrastruktur broadband dan digital," terangnya.

Sigit menuturkan koneksi internet broadband bisa dilakukan dalam dua cara yaitu mobile/wireless broadband dan fixed broadband. Tetapi, masing-masingnya punya tantangan tersendiri. 

Pertama untuk mobile/wireless broadband, Sigit menyebut meskipun secara adopsi teknologi Indonesia tidak tertinggal dari negara lain dalam mengadopsi teknologi terbaru, baik teknologi 4G/LTE maupun 5G, tapi kualitasnya masih jauh dari performa maksimal.

"Penggelaran 4G sudah mulai merata, namun kecepatannya masih sangat rendah, dan terbawah di Asia Tenggara. Salah satu faktornya adalah kualitas infrastruktur jaringan yang masih rendah, sehingga meskipun di level akses teknologi terbaru, namun experience-nya tidak kunjung naik," ucapnya.

Lain lagi masalahnya bila terkait dengan 5G. Sigit mengungkapkan adopsi 5G sudah dimulai tahun lalu, tetapi alokasi frekuensinya masih sangat terbatas sehingga belum bisa berharap untuk mendapat kualitas layanan 5G yang dijanjikan.

"Kedua, untuk fixed broadband yang diharapkan dapat memberi kualitas layanan yang lebih baik dan stabil untuk bekerja dan beraktivitas di era transformasi digital terutama sejak pandemi ini. Sayangnya, tingkat pemerataan jaringan fixed broadband yang menggunakan fiber optic masih sangat terbatas. Baru di area perkotaan saja, itu pun belum merata," katanya.

Melihat situasi ini, Sigit berharap Kemenkominfo dapat menunjukkan bahwa Indonesia bisa memberi layanan broadband yang baik terhadap seluruh delegasi G20.

Dia juga berharap layanan broadband yang baik ini tidak hanya ditujukan untuk kepetingan event tersebut saja, tapi dapat dapat mengubah kualitas layanan internet secara umum di Indonesia.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper