Bisnis.com, JAKARTA — Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek telah melakukan sejumlah terobosan di bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk beralih ke model kerja hybrid setelah pandemi Covid-19.
Direktur Umum & SDM BP Jamsostek Abdur Rahman Irsyadi mengatakan BP Jamsostek telah meningkatkan penggunaan sejumlah fitur teknologi digital untuk mengoptimalkan produktivitas karyawan di tengah model kerja hybrid.
“Seperti adanya pembelajaran jarak jauh di era new normal melalui e-learning, webinar dan digital library untuk meningkatkan kecepatan pemecahan masalah operasional,” kata Abdur saat menghadiri diskusi daring Bisnis Indonesia bertajuk Employee Experience during Hybrid Work Environment, Kamis (18/11/2021).
Adapun diskusi itu turut dihadiri Senior Specialist Modern Workplace Microsoft Indonesia Erice Ong, Head of Strategy and Business Devolopment GLIN Asia Pacific Amrita Prasad dan Country HR Lead Indonesia & South East Asia New Markets Microsoft Deni Yudi Syahputra.
Selain pembelajaran jarak jauh, Abdur menambahkan BP Jamsostek juga mengembangkan Human Capital Information System yang menyediakan sejumlah fitur administrasi secara otomatis. Misalkan, dia mencontohkan analisa pengambilan data absen dapat dikerjakan lebih efisien menggunakan sistem teknologi informasi.
“Lalu ada employee assistance program yang memberikan pendampingan kepada karyawan untuk mengoptimalkan potensi dan kompotensi yang dimiliki melalui coaching, counselling, dan sharing session sehingga dapat mengurangi stres mereka juga,” kata dia.
Berdasarkan survei yang dilakukan GLINT pada sekitar 1.000 perusahaan di seluruh dunia menunjukkan adanya penurunan tingkat kepuasan karyawan di tengah kemungkinan untuk kembali bekerja sepenuhnya di kantor. Adapun survei itu dilakukan sepanjang Oktober 2019 hingga September 2021.
“Dua tahun belakangan kami memonitor tren kepuasan karyawan secara global menurun sejak pandemi hingga tahun 2021 ini, sekalipun tingkat kepuasan itu sempat naik signifikan pada awal pandemi,” kata Amrita saat menghadiri diskusi daring Bisnis Indonesia bertajuk Employee Experience during Hybrid Work Environment, Kamis (18/11/2021).
Selain itu Amrita menerangkan, survei yang diadakan GLINT juga memperlihatkan naiknya risiko burnout atau stres akibat beban kerja berlebih yang dialami oleh pekerja selama dua tahun belakangan. GLINT mengidentifikasi kenaikan risiko burnout itu mengalami puncak saat Agustus 2020 dan September 2021 sebesar 7,67 persen.
Amrita menerangkan risiko burnout itu dipicu oleh kondisi karyawan yang tidak dapat menyeimbangkan urusan kerja profesional dan kehidupan personal mereka. Dia menambahakan para karyawan itu rata-rata mengaku mendapatkan kerja beban yang berlebih di tengah model kerja yang sepenuhnya daring selama pandemi Covid-19.