Bisnis.com, JAKARTA - Masuknya beberapa investor pra IPO GoTo berkaitan dengan potensi besar eksositem digital di Indonesia.
Seperti diketahui pada pekan lalu, manajemen GoTo mengumumkan pendanaan baru pra-IPO senilai US$1,3 miliar atau lebih dari Rp18 triliun dari sejumlah investor global. Dana pra-IPO GoTo ini diproyeksikan masih akan bertambah dengan target US$1,5 miliar - US$2 miliar.
Analis pasar modal Fendi Susiyanto menilai besarnya minat investor global sebelum IPO GoTo menunjukkan potensi bisnis ekosistem digital ini sangat besar. Dengan menanamkan investasi sebelum IPO, investor berpotensi untuk mendapatkan keuntungan dengan naiknya valuasi GoTo pada saat IPO nanti.
Baca Juga Nilai Gugatan Terhadap GoTo Disangsikan |
---|
"Meski investor global selalu memiliki horizon longterm investment, tapi kenaikan valuasi GoTo setelah IPO akan memberikan benefit kepada investor. Selain nilai investasi yang naik, risiko investasi juga berkurang dengan valuasi GoTo yang terus membesar," jelas Fendi yang juga sebagai CEO Finvesol Consulting ini, Senin (15/11/2021).
Adapun sejumlah investor yang terlibat pendanaan baru diantaranya Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Avanda Investment Management, Fidelity International, Google, Permodalan Nasional Berhad (PNB), Primavera Capital Group, SeaTown Master Fund, Temasek, Tencent, dan Ward Ferry.
CEO Grup GoTo Andre Soelistyo mengatakan, dukungan yang diperoleh menunjukkan kepercayaan yang dimiliki investor terhadap ekonomi digital yang berkembang pesat di kawasan ini serta posisi kami sebagai pemimpin pasar. "Investor lainnya diharapkan untuk selanjutnya bergabung ke dalam putaran penggalangan dana pra-IPO menjelang penutupan akhir di beberapa minggu mendatang," ujarnya.
Masuknya dana pra-IPO ini membuat cashflow GoTo semakin tebal. Dengan tambahan dana melalui IPO nanti, GoTo akan memiliki dukungan pendanaan yang besar untuk mengeksekusi setiap rencana bisnisnya.
Lebih lanjut Fendi mengatakan, dengan valuasi GoTo yang kini diperkirakan sudah mencapai sekitar USD30 miliar, para investor awal perusahaan karya anak bangsa ini paling diuntungkan. Ia menyebut grup Djarum, Astra International dan Telkomsel sebagai perusahaan lokal beruntung telah investasi di GoTo.
Menurut Fendi banyaknya investor global yang berinvestasi di GoTo juga mengindikasikan bahwa para investor tersebut pintar dalam melihat peluang investasi yang bernilai di Indonesia. GoTo, sebagai ekosistem bisnis yang sudah menaungi lebih dari 12 juta mitra, merupakan aset yang sangat bernilai. Apalagi dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta, sekitar 70 persen populasi Indonesia merupakan generasi produktif yang semakin tergantung dengan digital.
Gojek dan Tokopedia berkombinasi untuk membentuk GoTo pada bulan Mei 2021. Layanan GoTo mencakup transportasi on-demand, e-commerce, pengiriman makanan dan bahan makanan, logistik dan pemenuhan, serta layanan keuangan dan pembayaran. Tiga pilar utama GoTo tersebut tercermin dari tiga merek besar yaitu Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial.
Grup GoTo sendiri mencatat lebih dari 1,8 miliar transaksi pada 2020, dengan total nilai transaksi bruto (GTV) Grup lebih dari US$22 miliar dan berkontribusi ke ekonomi setara dengan lebih dari 2 persen PDB Indonesia.