Bisnis.com, JAKARTA - Social commerce diperkirakan akan terus mendapat pendanaan dari para investor untuk beberapa tahun ke depan. Hal itu terkait potensi pasar yang besar di daerah tingkat 2-3.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut penetrasi pasar yang dilakukan oleh e-commerce cenderung menyasar konsumen di daerah tingkat satu. Penetrasi di deareh tingkat dua ke bawah masih kecil yaitu 20 persen.
"Masyarakat di sana terbukti lebih sering mengakses media sosial untuk berbelanja," ujarnya, Selasa (2/11/2021).
Menurutnya, itu terkait masalah kepercayaan di masyarakat yang belum terbiasa mengakses e-commerce, sehingga masyarakat lebih memilih media sosial sebagai sarana belanja.
Edward mengatakan dengan melihat data tersebut para modal ventura memilih untuk melakukan pendanaan pada social commerce. Terutama untuk melakukan penetrasi pasar di daerah tingkat 2-3.
Dia menambahkan masyarakat di dearah tingkat 2-3 terbiasa melakukan pencarian di sosial media dan internet sebelum akhirnya membeli barang. Pola tersebut berbeda dengan konsumen e-commerce yang masuk ke dalam aplikasi karena telah siap untuk membeli barang yang spesifik.
Walaupun demikian, lanjutnya, social commerce juga banyak menarik konsumen di daerah tingkat satu. Hal itu dibuktikan dengan capaian penetrasi yang meyentuh angka 30 persen.
"Ke depan, social commerce akan membantu dan memfasilitasi para pedagang tingkat nasional, terutama pedagang di lingkup daerah tingkat 2-3," ungkapnya.
Terkait tren pendanaan, Edward menyebut saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan investasi pada startup social commerce. Tren tersebut diperkirakan bertahan dua hingga lima tahun ke depan
Menuriut Edward ke depan social commerce diprediksi justru akan melakukan konsolidasi atau kolaborasi dengan e-commerce besar maupun jadi bagian dari fitur media sosial. Kecenderungan tersebut dapat terjadi karena para investor social commerce juga merupakan pengucur dana untuk para e-commerce.