Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan jika startup logistik sangat menguntungkan dan menjanjikan di Indonesia. Dia menuturkan kunci bisnisnya adalah yang telah lebih dahulu membentuk jaringan logistik dan kemudian bekerjasama dengan berbagai platform e-commerce.
“Porsi biaya logistik pada PDB 23,5 persen, dan sebagain besar disumbangkan oleh logistik darat. Untuk Initial Public Offering [startup lmasih sangat mungkin karena ini adalah momentum tumbuh kembangnya bisnis logistik,” katanya pada Bisnis, Selasa (14/9/2021).
Bhima melanjutkan, jika melihat tiga atau lima tahun ke belakang, banyak muncul pemain logistik baru. Namun mereka tidak bisa bertahan kurang lebih satu tahun, sehingga pemain lama terus mendominasi.
Satu perusahaan logistik yang terbilang muda dan terbilang berhasil merebut pasar adalah J&T. Menurut Bhima, perusahaan tersebut berhasil menggabungkan banyak sekali saluran kerjasama, mulai dari dengan e-commerce, pelaku usaha atau UMKM. Selain itu, J&T juga memiliki banyak cabang khusunya di luar Pulau Jawa.
Kemudian, semakin berkembangkannya e-commerce dan transaksi digital akan terjadi perubahan antara model logistik yang semula sifatnya untuk industri atau korporasi besar, kini yang menjamur adalah logistik pelanggan kepada pelanggan atau bisnis kepada pelanggan.
“Tren ini akan terus berlanjut saya kira. Meskipun pandemi sudah reda, orang tidak akan kembali transanki konvesional. Namun orang akan menggunakan e-commece yang membutuhkan transaksi logistik cepat kemudian bisa di lacak kepastian waktu tibanya. Terutama untuk jaringan logistik ke daerah yang terpencil,” tutup Bhima.
Sementara itu, startup logistik Indonesia diprediksi jadi yang terkuat di Asean. Alasannya, pandemi Covid-19 mendorong pertumbuhan bisnis di tengah ketatnya persaingan e-commerce.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menyebutkan dua alasan mengapa startup logistik Indonesia bakal jadi yang paling kuat di Asean.
“Pertama karena medan jalur logistik paling berat dibandingkan dengan negara lain adalah Indonesia. Alasan yang kedua karena hampir 50 persen pangsa pasar Asean adalah Indonesia,” katanya pada Bisnis.com, Selasa (14/9/2021).